Cegah Bullying, Dosen FISIP Unigoro Tanamkan Nilai Kesetaraan Gender

oleh -
oleh

SuaraBojonegoro.com — Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas BojonegoroUniversitas Bojonegoro (Unigoro) melaksanakan program pengabdian masyarakat pendanaan internal tahun akademik 2023/2024. Septi Wulandari, S.Sos., M.A.P., menginisiasi pengabdian yang bertujuan untuk menanamkan nilai kesetaraan gender sebagai formulasi pencegahan perilaku bullying (perundungan, Red). Program pengabdian yang diinisiasinya berlangsung di MAN 1 Bojonegoro pada 7 dan 8 November 2023. Dengan sasaran siswa kelas XI.

Selaku ketua tim, Septi menuturkan, saat ini banyak kasus bullying yang viral di media sosial (medsos) maupun media massa. Salah satu penyebab terjadinya bullying karena tidak adanya pemahaman terkait kesetaraan dan norma gender dalam masyarakat. Menurut dia,  anak-anak dan remaja sangat berisiko terlibat kasus bullying.

“Saya mengambil celah untuk sharing ilmu sekaligus melakukan pendampingan. Bagaimana pemahaman tentang kesetaraan gender itu dapat mengatasi atau mengurangi tindakan bullying, khususnya di lingkungan sekolah,” tuturnya pada Kamis (9/11/23).

Septi melanjutkan, output dari program pendampingan ini adalah bisa membangun kesadaran dan pemahaman para siswa. Terutama memahami kesetaraan gender sebagai konstruksi sosial yang mampu mencegah adanya niat atau perilaku bullying. Sekaligus mempengaruhi para siswa agar bisa memposisikan diri ketika menjumpai perilaku bullying di sekitar mereka. “Setiap siswa harus peka dan responsif jika ada hal-hal yang berbau bullying.

Kemarin sempat ada siswa yang bertanya, bagaimana jika dia yang jadi korban bullying justru dapat ancaman dari pelaku agar tidak melaporkan peristiwa itu. Saya coba beri pengertian, kalau kita diam saja saat di-bully, maka sama saja artinya kita menyerahkan diri sendiri untuk ditindas oleh orang lain. Kita wajib speak up dan lapor ke guru atau orang tua. Sehingga korban bisa mendapatkan perlindungan dan pengawasan. Serta pelaku juga mendapatkan efek jera,” paparnya.

Para siswa MAN 1 Bojonegoro sangat antusias dengan program pengabdian ini. Terlebih materi tentang kesetaraan gender jarang diajarkan di bangku sekolah. Septi mengatakan, pihaknya mencoba menyampaikan materi tersebut dengan pendekatan yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari. Sehingga mudah dipahami.

“Contohnya ketika membuat jadwal piket kebersihan, antara laki-laki dan perempuan harus dapat porsi yang sama. Seperti bergantian menyapu dan membuang sampah. Buktinya siswa laki-laki juga bisa bersih-bersih kan? Contoh simple seperti ini menunjukkan adanya kesetaraan gender di lingkungan sekolah. Lalu siswa di MAN 1 Bojonegoro juga aktif bertanya bagaimana menyikapi fenomena senioritas di lingkungan sekolah. Serta bagaimana emansipasi wanita itu. Dari sini saya mengambil kesimpulan bahwa para siswa mulai sadar dan ada rasa ingin tahu istilah-istilah kesetaraan gender,” paparnya.

Untuk menyukseskan program pengabdiannya, Septi juga dibantu oleh Esa Septian S.A.P, M.A.P., Solikhati Indah Purwaningrum, S.T., M.Si, Peppy Nala Ratih, Kidung Bukit Darmawan, Pradhana Hamdhallah, serta Fika Rizkia. Ke depan, akademisi muda ini berharap bisa melakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang berfokus pada isu kesetaraan gender. Sebagai sarana untuk upgrade kemampuan belajar dan berbagi ilmu.

“Semoga bisa terus berlanjut dan menghasilkan output yang bermanfaat untuk generasi masa kini. Agar terus tertanam dalam diri mereka bahwa kesetaraan gender itu harus diwujudkan. Kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi,” pungkas dosen berkacamata ini. (din/red)

No More Posts Available.

No more pages to load.