Ki Ageng Wiroyudo Penyebar Agama Islam dan Pendiri Masjid Tertua di Kabupaten Bojonegoro

oleh -
oleh

Reporter : Putut Sugiarto

SuaraBojonegoro.com – Ki Ageng Wiroyudo merupakan tokoh penyebar Agama Islam di wilayah timur Kabupaten Bojonegoro.
Dalam menyebarkan Agama Islam beliau mendirikan sebuah masjid bernama Jami’ Nurul Huda sebagai tempat mensyiarkan Agama Islam, dimana masjid tersebut merupakan salah satu masjid psling tertua yang ada di Kabupaten Bojonegoro sampai saat ini, Jumat 16/06/2023.

Lokasi keberadaan makam Ki Ageng Wiroyudo di Desa Cangaan Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.
Ki Ageng Wiroyudo dimakamkan tepat disamping mendiang istrinya dan berada di dalam satu cungkup

Ki Ageng Wiroyudo menyebarkan Agama Islam di wilayah Desa Cangaan sejak ratusan tahun silam, ini bisa dilihat dari sejarah awal mula berdirinya Masjid Jami Nurul Huda yang awalnya dibangun oleh beliau.

Sosok Ki Ageng Wiroyudho sendiri beliau berasal dari Keraton Solo yang lari dari kejaran belanda, kemudian sampai di wilayah Desa Cangaan dengan menyusuri Sungai Bengawan Solo dengan menggunakan sebuah rakit.
Sebelum sampai di Desa Cangaan Ki Ageng Wiroyudo sampai di Desa Cangaan, Ki Ageng Wiroyudo sempat singgah di Desa Kabalan kurang lebih satu tahun 1 tahun dan kemudian ke Desa Cangaan.

Kedatangan Ki Ageng Wiroyudo di Desa Cangaan Ki Ageng Wiroyudo sangat diterima oleh masyarakat luas. Kedekatannya dengan masyarakat kemudian dilanjutkan dengan membangun surau kecil yang atapnya hanya terbuat dari ilalang dan dindingnya pun hanya terbuat dari kulit daun jati untuk digunakan sebagai tempat ibadah.
Kemudian beliau mendirikan Masjid sekira tahun 1846 an yang diberi nama Masjid Nurul Huda sebagai tempat syiar dan menyebarkan Agama Islam.

Masjid inipun sampai sekarang masih aktif dipergunakan sebagai tempat beribadah maupun untuk kegiatan keagamaan yang lain.

Salamudan Tokoh Agama setempat menjelaskan bahwa Ki Ageng Wiroyudo merupakan orang yang pertama kali menyebarkan Agama Islam di wilayah desa ini, beliau bukan asli dari desa ini, melainkan seorang prajurit dari Keraton Solo yang melarikan diri karena dikejar oleh tentara belanda pada saat itu.

“Sudah ratusan tahun mas, ini dibuktikan dengan adanya Masjid Nurul Huda yang dibangun pada tahun 1262 Hijriah, ” tegas salamudan.

Salamudwn melanjutkan jika beliau dalam rangka syiar Islam hingga kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di Desa Cangaan ini.
Di baru nisan makam beliau terdapat prasasti bertuliskan angka Jawa yang menunjukkan tahun beliau wafat, tulisannya kini tidak begitu terlihat dengan jelas lantaran tertutup oleh lapisan cat yang dipakai untuk pemeliharaan makam beliau.

Di halaman makam ini pun dulu sering diadakan tradisi nyadran, tetapi tradisi ini sekarang disini sudah tidak ada lagi seiring berjalannya waktu tradisi ini dialihkan tradisi tahlil akbar atau tahlil bersama setahun sekali menyambut datang nya bulan suci ramadhan.

Sementara itu tidak jauh dari makam Ki Ageng Wiroyudo juga terdapat tiga makam yang menurut masyarakat sekitar sudah ratusan tahun.

Keberadaan makam tersebut konon merupakan makam dari keluarga Ki Ageng Wiroyudo, dan hingga kini belum diketahui identitas dari makam tersebut dan masih di upayakan untuk menelusuri sejarah makam tersebut.

Keberadaan makam penyebar Agama Islam ini sampai saat ini masih banyak di kunjungi para penziarah dari lokal bojonegoro dan luar kabupaten untuk mendoakan atas jasa-jasa beliau dalam rangka menyebarkan Islam.
“Yang banyak dari Ngawi dan Solo Mas,” pungkas Salamudan. (Put/Red)

No More Posts Available.

No more pages to load.