Mbah Buyut Demi, Tokoh Perempuan Penyebar Agama Islam Di Bojonegoro

oleh -
oleh

Reporter : Putut Sugiarto

SuaraBojonegoro.com – Di Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro banyak sekali tokoh penting penyebar agama Islam , seperti Wali Gotong atau Syech Zakaria hingga Wali Kidangan.

Namun siapa yang mengira, di wilayah tersebut ternyata ada salah satu tokoh perempuan, yang sangat berjasa dalam penyebaran Agama Islam.
Ia terkenal dengan nama Mbah Buyut Demi, berada di Dusun Malo RT 05/03 Desa Malo Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro, Jum’at (22/03/2024).

Menurut keterangan Mbah Sarjan (71) juru kunci makam, hingga kini belum diketahui siapa nama asli mbah buyut, namun sebutan tersebut sudah melekat sejak dulu. Selain itu, sampai sekarang, warga setempat juga belum mengetahuinya, sejak kapan pertama kali Mbah Buyut Demi menyebarkan agama Islam di wilayah setempat dan dari mana asalnya beliau.

Saat ini masyarakat setempat masih melakukan pencarian lebih dalam mengenai Mbah Buyut Demi, baik dari silsilah beliau sampai nazabnya.

Meski demikian menurut
cerita turun temurun warga setempat, Mbah Buyut Demi sudah ratusan tahun atau sejak zaman Majapahit sudah menyebarkan agama Islam di wilayah Malo.

Lebih lanjut Mbah Sarjan menceritakan, sejak dirinya menjaga dan merawat makam Mbah Buyut Demi mulai dari tahun 1989 hingga sekarang.
Dirinya belum mengetahui lebih jauh tentang sosok Mbah Buyut Demi.

“Sejak tahun 1989 saya menjaga makam, juga belum tahu lebih jauh tentang sosok Mbah Buyut, ” tukas Mbah Sarjan.

Dulunya disekitar makam dikelilingi pagar bambu, dan hanya terdapat satu cungkup di tempat pemakaman.

Putra saya bernama Surono awal yang membangunkan Joglo berikut cungkup nya.
Dia sukses di Jakarta, begitu mengetahui keadaan makam Mbah Buyut, langsung dibangunkan joglo tersebut tersebut.

Meski demikian makam Mbah Buyut Demi banyak dikunjungi oleh para peziarah, baik lokal Bojonegoro maupun luar daerah seperi Tuban dan Pasuruan.
Mereka yang datang berziarah sekaligus mendoakan beliau atas jasa jasanya semasa hidup karena telah menyebarkan serta mensyiarkan agama Islam di wilayah ini.
Bahkan di setiap selapan pada malam Jum’at Kliwon selalu diadakan tahlil bersama.

“Kain warna putih penutup makam pun setiap bulan Muharram atau Bulan Suro selalu diganti, ” imbuh Mbah Sarjan.

Disebelah utara makam juga terdapat dua sendang, sendang untuk laki-laki dan sendang untuk perempuan yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar.

Sendang untuk yang laki-laki sudah tertutup akar pohon, sehingga hingga kini sudah tidak terpakai.
Sedangkan sendang yang untuk perempuan dulu
banyak terdapat ikan lele, ada juga yang berwarna putih, konon ikan lele tersebut tidak diperbolehkan untuk diambil atau dibawa pulang, maupun dimakan oleh masyarakat sekitar. (Red/Put)

No More Posts Available.

No more pages to load.