Mesigit Tebon Padangan, Bukti Ajaran Toleransi Mbah Jumadil Kubro di Bojonegoro

oleh -
oleh

Reporter : Putut Sugiarto

SuaraBojonegoro.com – Puncak tertinggi Desa Tebon Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro terdapat sebuah Mesigit. Kini disebut sebagai Mesigit Tebon. Disitulah bukti penyebaran islam pesisir di wilayah Pedalaman Jawa pada periode 1300 M (abad ke-14 Masehi).

Mesigit Tebon berada di puncak Gunung Jali. Saat ini lokasinya tepat berada di tebing Sungai Bengawan Solo turut Desa Tebon, Kecamatan Padangan. Mesigit sendiri berasal dari kata Sigit yang artinya mulia/baik.

Tempat itu semula sebagai lokasi pendhermaan masyarakat Hindu untuk mendekatkan diri pada Sang Hyang Tunggal.

“Kemudian, keberadaan Mbah Jumadil Kubro di wilayah Gunung Jali, pelan-pelan mampu memasukkan unsur islam di wilayah tersebut,” ujar Peneliti Sejarah Peradaban Jipang di Bojonegoro-Blora, W Rizkiawan, Selasa (19/03/2024).

Bukti kebesaran Mbah Jumadil Kubro di daerah paling ujung barat Kabupaten Bojonegoro ini sempat diabadikan melalui tulusan oleh Thomas Raffles dalam History of Java (1817), Dakwah Mbah Jumadil Kubro di Mesigit Tebon juga ditulis Gus Dur dalam bukunya, The Passing Over (1998).

“Gus Dur menyebut Gunung Jali Mesigit Tebon sebagai “Prototype toleransi Nusantara”. Karena ditempati oleh penyebar agama Islam tanpa peperangan dan mengedepankan toleransi,” tambahnya.

Pria yang juga sebagai pengajar di salah satu pondok pesantren di Bojonegoro itu menambahkan, Gunung Jali Tebon, sejak abad 11 M dikenal sebagai pusat Hindu Budha.

Hal itu dibuktikan dari Prasasti Pucangan (1041 M) yang ditulis Raja Airlangga, Prasasti Maribong (1248) yang ditulis Raja Wishnuwardana, dan Prasasti Canggu (1358) ditulis Raja Hayam Wuruk.

Posisi Gunung Jali terletak tak jauh dari Loram, Maribong, dan Jipang. Titik-titik tanah sima yang ditulis dalam Prasasti tersebut. Artinya, Mbah Jumadil Kubro berdakwah di pusat episentrum peradaban Hindu Budha.

Menariknya, proses dakwah yang dilakukan Mbah Jumadil Kubro mengedepankan sikap toleransi, dan tanpa lewat peperangan. Ini yang menurut Gus Dur, menjadikan islam kelak diterima dengan baik di wilayah itu.

Mbah Jumadil Kubro menyempurnakan konsep pendermaan di wilayah itu menjadi proses Sembahyang sesuai ajaran islam. Mesigit yang semula untuk pendhermaan, pelan-pelan diubah menjadi tempat bersembahyang (sholat).

Keberhasilan Mbah Jumadil Kubro dalam membangun Mesigit Tebon di Puncak Gunung Jali, disusul dengan dibangunnya Mesigit Jipang yang terletak di seberang lokasi Mesigit Tebon. Keduanya hanya terpisah aliran sungai.

Tempat yang dibangun Mbah Jumadil Kubro berupa Mesigit Tebon (sisi timur sungai) dan Mesigit Jipang (sisi barat sungai) menjadi dua pilar entitas gerbang masuknya islam di Pedalaman Jawa pada abad 14 M.

Mesigit Tebon terletak di puncak Gunung Jali, Desa Tebon, Padangan, Kabupaten Bojonegoro. Sementara Mesigit Jipang terletak di Desa Jipang, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora.

Keduanya berlokasi di sisi timur dan sisi barat Sungai Bengawan Solo. Dua lokasi ini jadi gerbang utama masuknya islam pesisir di wilayah Pedalaman Jawa pada periode 1300 M (abad ke- 14 Masehi).

Selain dibuktikan secara literatur ilmiah, keberadaan Mesigit Tebon dan Mesigit Jipang juga dibuktikan dengan bukti-bukti arkeologis. Sampai saat ini, di lokasi Mesigit Tebon dan Mesigit Jipang masih terdapat batu bata kuno, antefiks kalpataru, antefiks karupadhani, hingga keramik era Dinasti Ming. (Put/Red)

No More Posts Available.

No more pages to load.