Warga Bantaran Bengawan Ingin Ada Industri Manufaktur

oleh -
oleh

BOJONEGORO, SB.com – Produksi padi di Bojonegoro selama ini lebih banyak disumbangkan dari daerah aliran Sungai Bengawan Solo, karena dalam satu tahun petani di bantaran bengawan dapat menanam padi tiga kali. Sekalipun memiliki tanah subur ketimbang daerah pinggiran hutan, potensi tersebut belum mampu menggugah minat pemuda di sepanjang sungai terpanjang di Pulau Jawa itu untuk menekuni pekerjaan di sektor pertanian.

Hal inilah yang menjadi perhatian serius pasangan calon bupati (Cabup) dan wakil bupati (Cawabup), Soehadi Moeljono dan Mitroatin, untuk menyiapkan program agar pemuda Bojonegoro lebih tertarik untuk bekerja di sektor pertanian.

Pasangan yang memiliki jargon “Semua Bekerja Semua Sejahtera” ini akan mempercepat pembangunan industri jasa, dan manufaktur untuk meningkatkan nilai ekonomi komoditas pertanian, peternakan, perikanan, dan perkebunan, serta mencipatkan lapangan pekerjaan baru.

Diakui Didik Setiawan, tanah di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo termasuk subur karena ketersediaan air yang cukup. Sektor pertanian di wilayah ini memberikan keuntungan melimpah bagi petani, namun belum bisa menarik minat para pemuda usia produktif untuk bertani.

“Jadi, masih susah mencari buruh tani sekarang ini. Rata-rata usia 40 tahun keatas dan belum ada regenerasi,” kata warga Desa Trucuk, Kecamatan Trucuk, itu kepada wartawan, Sabtu (19/5/2018).

Didik memilih untuk berdagang. Banyak alasan yang menyebabkan pemuda di wilayahnya enggan menjadi petani. Selain harus memiliki modal besar, menjadi petani bukan termasuk pekerjaan bergengsi.

“Masih dianggap pekerjaan kuno dan kotor,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, dibutuhkan rangsangan bagi para pemuda supaya mau menjadi petani. Seperti inovasi baru berupa alat modern yang bisa digunakan pemuda dari masa tanam sampai masa panen.

“Bisa juga seperti itu,” tandasnya.

Menurut dia, dengan adanya industri manufaktur di daerah aliran Sungai Bengawan Solo, bisa menjadi pintu gerbang untuk menarik minat pemuda untuk bekerja di sektor pertanian, karena industri tersebut bisa dipastikan akan membuka peluang pekerjaan bagi pemuda terlebih yang masih menganggur setiap tahunnya.

“Butuh pemahaman bahwa tidak selamanya sektor pertanian ini harus mengikuti tren jaman sekarang,” tukasnya.

Pihaknya berharap, bupati terpilih mendatang memberikan sosialisasi bagaimana supaya petani bisa meningkatkan nilai jual hasil pertaniannya melalui pabrik pengolahan.

“Kalau pabriknya sudah ada, tinggal bagaimana para pemuda dilatih untuk memanfaatkannya,” tegasnya.

Sementara, Marzuki (38), warga Desa Ngulanan, Kecamatan Dander, mengaku, para pekerja di sektor pertanian di desanya masih didominasi oleh usia tua yakni 40 tahun ke atas. Baik laki-laki maupun perempuan, belum ada generasi muda yang ikut serta meningkatkan hasil pertanian.

“Tidak ada yang mau kerja di sawah sepertinya,” ujarnya.

Meskipun ada yang sekolah di bidang pertanian, namun belum tentu mereka mau mengabdikan diri menjadi petani atau terjun langsung ke lapangan untuk membantu para petani menuntaskan masalah yang selama ini membelenggu tiap tahunnya.

“Masalah itu kan ada saja, seperti harga gabah turun tiap panen, diserang hama, diterjang banjir, pupuk mahal, kadang juga langka,” tandasnya.

Seharusnya para pemuda sekarang ini ikut serta memikirkan dunia pertanian, terlebih bagi petani yang letaknya disepanjang sungai Bengawan Solo.

“Tidak perlu terjun langsung di sawah, paling tidak ikut memberi inovasi-inovasi baru di sektor pertanian yang bisa membuka peluang pekerjaan,” tandas pensiunan guru itu.

Dirinya meyakini, dengan pembangunan industri manufaktur berupa pengolahan hasil pertanian, dipastikan membuka lapangan pekerjaan dan membutuhkan tenaga-tenaga muda untuk menjalankannya.

“Di sinilah peran pemerintah harus ada, dengan mensosialisasikan dan memberikan pendampingan,” tegasnya.

Dia berharap, Bupati terpilih mendatang bisa mengembangkan sektor pertanian di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo melalui industri manufaktur. Selain petani tidak akan merugi meski harga gabah anjlok, juga membuka lapangan kerja.

“Khususnya bagi para pengangguran, ikut pabrik pengolahan ini nanti bisa membuka peluang usaha juga bagi mereka,” pungkasnya.

Dimintai tanggapannya, salah satu Cabup Bojonegoro, Soehadi Moeljono, menyatakan, kedepan telah menyiapkan program percepatan pembangunan industri jasa, dan manufaktur untuk mempercepat mengurangi pengangguran dan kemiskinan di wilayahnya. Industri ini dipastikan akan meningkatkan nilai ekonomis komoditas pertanian, perkebunan, perikanan, maupun perternakan sehingga dapat mengangkat kesejahteraan petani.

“Juga membuka lapangan pekerjaan yang bisa mengurangi pengangguran,” tegas Pak Mul, sapaan akrabnya.

Oleh karena itu, pihaknya akan mengoptimalkan potensi Bojonegoro salah satunya sektor pertanian yang sangat menjanjikan. Melalui percepatan pembangunan percepatan pembangunan Waduk Gongseng, beserta jaringan sarana irigasi persawahan khususnya di wilayah selatan Sungai Bengawan Solo, dan pemberian jaminan ketersediaan pupuk bagi petani.

“Ketika hal ini berjalan dengan baik, maka kita dapat meningkatkan produk-produk pertanian kita sejalan dengan peningkatan industri manufaktur yang membutuhkan bahan baku yang kita produksi dari para petani-petani kita. Maka dari itu, peningkatan pendapatan para petani akan berkorelasi positif terhadap meningkatnya kesejahteraan petani dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” pungkas cabup yang berpsangan dengan Kader NU ini. [*/yud]

No More Posts Available.

No more pages to load.