Owner Hits Chicken dan Tamosa Resto Bojonegoro Jadi Dosen Praktisi di Unigoro

oleh -
oleh

SuaraBojonegoro.com — Prodi manajemen ritel Universitas Bojonegoro (Unigoro) menggelar kuliah praktisi di Fakultas Ekonomi Unigoro, pada Jumat (29/12/23). Kuliah praktisi kali ini mengusung tema The Opportunity To Build a Franchise Business. Prodi tersebut menghadirkan Tarwan M. Said, selaku owner Hits Chicken Indonesia dan Tamosa Resto sebagai dosen praktisi.
Ketua LPM Fakultas Ekonomi Unigoro, Endang, SE., MM., mengucapkan terima kasih kepada pemateri yang berkenan berbagi ilmu serta pengalamannya bersama mahasiswa.

“Kuliah praktisi bisa menjadi sinergi antara teori dan praktik di lapangan seperti apa. Terlebih Hits Chicken sudah ada sejak 2018. Kita semua ingin tahu bagaimana caranya bisa mengambil peluang bisnis franchise di Bojonegoro. Semoga pengalaman yang disampaikan oleh pemateri bisa menjadi motivasi bagi mahasiswa,” ucapnya dalam sambutan.

Di hadapan mahasiswa, Tarwan menceritakan lika-likunya mengembangkan bisnis franchise kuliner. Menurut dia, ada dua model pertumbuhan bisnis yang bisa dipilih oleh pengusaha. Yakni pertumbuhan bisnis vertikal yang berorientasi peningkatan omset, serta horizontal yang berorientasi pengembangan cabang.

“Hits Chicken memilih untuk mengembangkan cabang. Tapi sebelumnya kita harus pahami mapping category, mapping kelas bisnis, dan mapping your store. Agar tidak asal-asalan dan salah jalan,” tuturnya.

Tarwan melanjutkan, mapping kelas bisnis ditentukan oleh segmentasi pasar, luas bangunan, serta fasilitas yang diberikan kepada konsumen. Dia membandingkan berbagai brand kuliner ayam goreng ternama berdasarkan kelas-kelas bisnisnya agar mudah dipahami oleh mahasiswa.

“Walaupun produk yang dijual sama-sama ayam goreng. Tapi setiap brand punya kelasnya tersendiri. Kita harus bisa petakan kelas untuk menempatkan posisi. Sebenarnya produk yang kita buat saat ini ada di kelas yang mana,” ujarnya.

Pengusaha kelahiran Tasikmalaya ini mengungkapkan, ada lima hal dasar yang perlu disiapkan sebelum memulai bisnis franchise. Yakni business model, costumer level, branding and marketing, competitor and benchmaking, serta legal and financing. Selain itu sebelum memutuskan untuk membuka kemitraan dengan pihak lain, owner usaha kuliner harus memenuhi syarat dasar penting.

Antara lain merk terdaftar di Hak Kekayaan Intelektual (HaKI), produk yang unik, mempunyai standar dan sistem manajemen, resep mudah diajarkan dan diaplikasikan, terbukti untuk, serta ada dukungan yang berkesinambungan.

“Walaupun produknya saat ini belum ada, yang penting patenin dulu namanya. Baru kemudian pastikan pemilik merk punya tool (perangkat, Red) agar usaha para mitranya tetap bisa jalan berkesinambungan,” ungkapnya.

Tarwan tidak menampik jika bisnis franchise kuliner banyak yang gulung tikar karena owner yang lepas tangan setelah kemitraannya dibeli putus. “Ini pentingnya kita harus punya tool untuk hitung HPP (harga pokok penjualan, Red), membuat resep sesuai dengan jumlah produk yang dijual, dan kita harus menjalin hubungan yang baik dengan mitra. Setiap hari say hello dan bertanya apa ada kendala penjualan. Lalu kita bantu juga strategi penjualannya agar tetap jalan,” imbuhnya.

Mahasiswa prodi manajemen ritel Unigoro tampak antusias dengan topik kuliah praktisi kali ini. Mereka memanfaatkan momen diskusi untuk menjawab rasa penasarannya terkait bisnis franchise langsung dengan sang owner. (din/Lis)

No More Posts Available.

No more pages to load.