Mengelak “Perempuan Sudah Pasti Ibu Rumah Tangga Sehingga Tak Perlu Pendidikan Yang Tinggi”

oleh -
oleh

Oleh : Wardatul Jannah Isma Putri *)

SuaraBojonegoro.com – Jika dibandingkan dengan zaman dulu, perempuan lebih memiliki peran penting pada kehidupan saat ini. Berbeda dengan sejarah, perempuan tidak memiliki hak untuk memimpin jika dihadapkan dengan laki-laki, jangankan memimpin, memiliki pendidikan dan hak untuk hidup pun sama sekali tidak berpihak pada perempuan. Dengan adanya perbedaan antara batasan atau hak perempuan pada zaman dulu dan sekarang, tentu menjadi sebuah peluang bagi para perempuan untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu diri agar dapat imbang jika dibandingkan dengan laki-laki, juga sebagai bentuk menghargai atas perjuangan R.A Kartini dalam melawan diskriminasi yang mendorong perempuan modern saat ini untuk berani melawan stereotip perempuan “ujungnya jadi ibu rumah tangga saja”. Dapat diketahui bahwa pada zaman sekarang tidak ada lagi perbedaan antara laki-laki dan perempuan, hal ini dibuktikan dengan adanya undang-undang pasal 27 ayat 1 UUD 1945 bahwa konstitusi di Indonesia sudah mengafirmasi tentang kesetaraan di antara warga negara tanpa memandang gender. Hal tersebut juga di konfirmasi dengan dikeluarkannya UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita. Oleh karena itu, ini merupakan sebuah peluang emas bagi perempuan untuk mencapai cita-cita dan mendapat kehidupan yang bebas dari rasa takut serta menentukan sesuatu.

Namun, kesempatan ini seakan sulit untuk berkembang. Tidak sedikit dari banyaknya orang masih befikir tentang tidak perlunya pendidikan tinggi bagi perempuan, karena dari zaman dahulu, mau bagaimanapun perempuan akan tetap menjadi ibu rumah tangga dan berakhir di dapur. Memang benar setelah menikah perempuan adalah ibu rumah tangga. Akan tetapi, seorang ibu yang cerdas dan bijak akan mampu mendidik, membesarkan, dan memberikan teladan yang baik dan benar bagi anak-anaknya. Maka dari itu Pendidikan tinggi sangatlah penting bagi perempuan, karena peran seorang perempuan tidak hanya mengurus rumah tangga saja, namun juga menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya yang harus mengajarkan nilai-nilai moral dan ilmu pengetahuan, sehingga menciptakan generasi penerus bangsa yang berilmu dan berkarakter.

Lalu…

* Apakah mendidik anak hanya bisa dilakukan oleh perempuan berpendidikan tinggi?
Mendidik dapat dilakukan oleh siapa saja, dan pengalaman dapat menjadi suatu kunci pembelajaran dalam mendidik. Tetapi, bukankah pengalaman juga tercipta ketika mencari pendidikan? karena sejatinya sebelum mendidik seharusnya dapat memahami terlebih dahulu apa itu pendidikan dan merasakan bagaimana di didik.

* Sepenting itukah pendidikan tinggi pada seorang perempuan yang “ujungnya dirumah saja”?
Menjadi ibu rumah tangga dan dirumah saja merupakan sebuah pilihan masing-masing individu apakah ingin seperti itu atau tidak. Tapi memang seorang perempuan pasti akan menjadi ibu, dan ujungnya dirumah saja. Namun, anak itu tidak dapat memilih orang tua nya. Sebaliknya, orang tua dengan kesadaran penuh dapat memilih untuk memiliki anak atau tidak, berhak dan berkewajiban untuk memberikan yang terbaik untuk anak, seperti berhak untuk memiliki ibu yang cerdas dan dapat mendidik dia dengan baik. Karena kalau perempuan “ujungnya di rumah saja” maka 100% anak akan dalam pengawasan ibu sehingga seorang ibu baiknya lebih peka terhadap pendidikan karena juga sebagai madrasah pertama bagi anak.

* Jadi seorang perempuan/ibu harus berpendidikan tinggi?
Karena mudahnya akses mendapatkan pendidikan terutama bagi perempuan pada zaman sekarang, maka seorang perempuan harus memiliki itu. Dalam pendidikan juga dapat membuka perspektif lebih luas, maka pada saat menghadapi sesuatu hal, dapat melihat sesuatu itu dengan cara pandang yang berbeda-beda dan dari berbagai macam sudut. Selain itu, ilmu pengetahuan juga merupakan aset penting pada kehidupan, atau harta yang mungkin tidak akan habis. Karena dengan bekal ilmu pengetahuan justru dapat menjadi sebuah hal yang menjajikan untuk kedepannya.

Seorang ibu tidak hanya “ujungnya dirumah saja” tetapi juga dapat merangkap menjadi seorang perempuan/wanita karir. Dapat dilihat banyak sekali contoh seorang ibu rumah tangga dengan atau tanpa anak yang menjadi wanita karir, padahal mereka pun juga mempunyai seorang suami. Karena terkadang perempuan akan merasa bangga jika bisa hidup mandiri dan memiliki kesetaraan.

Salah satu contoh ialah Nagita Slavina, adalah seorang aktris, model, presenter, produser film, pengusaha dan penyanyi berkebangsaan Indonesia.(Wikipedia). Walaupun begitu, Nagita Slavina merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki 2 orang anak serta suami bernama Raffi Ahmad yang juga seorang aktor dan pengusaha. Keduanya memiliki usaha bersama bernama RANS yang merupakan inisial nama mereka bedua. Disisi lain, setelah lulus dari SMA, Nagita Slavina melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia(UI). Pendidikannya di UI hanya berjalan 2 tahun karena dia memilih melanjutkan pendidikannya di Australian National University jurusan Commerce, Fakultas ANU College of Business and Economics, sejak tahun 2009. Setelah lulus dari Australian National University, Gigi juga pernah belajar memasak di Le Cordon Bleu London.

Mungkin banyak sekali hambatan yang terjadi saat ingin menempuh sebuah pendidikan terutama bagi seorang perempuan. Banyak sekali hal yang perlu ditimbangkan, terlebih jika terlahir dari keluarga yang ekonomi menengah kebawah. Namun, selain kebijakan tentang kebebasan bagi perempuan dalam berpendidikan, pemerintah juga menyediakan banyak macam beasiswa bagi mereka yang ingin bersungguh dalam menggapai cita-cita, hal itupun juga tidak memandang gender.

Dari begitu banyaknya hambatan terdapat pula banyaknya jalan atau peluang yang tersedia. Oleh karena itu juga, kita sebagai penerus bangsa, khususnya perempuan hendaklah memanfaatkan hal ini dengan sebaik mungkin demi terciptanya penerus bangsa yang cerdas dan bijak. Tinggalkan pikiran yang “mendewakan laki-laki” dan menempatkan perempuan pada “posisi kedua” dalam kehidupan, karena itu semua sudah berakhir setelah perjuangan RA Kartini yang telah membuahkan hasil dan kita nikmati pada saat ini. Tetaplah kejar pendidikan setinggi mungkin, karena pendidikan pun tidak memandang siapa yang memilikinya. Tetaplah berpendidikan tinggi, walau menjadi ibu rumah tangga, karena ibu rumah tangga merupakan suatu hal yang sangat mulia. (**)

*) Penulis adalah Mahasiswa Semester 2, Program Studi D4 Teknologi Laboratorium Medik, Universitas Airlangga

No More Posts Available.

No more pages to load.