Blended Learning, Sebagai Solusi Pembelajaran Masa Pandemi

oleh -
oleh

Oleh: Said Edy Wibowo *)

SuaraBojonegoro.com  –  Satu tahun lebih pandemi Covid-19 melanda dunia, tidak terkecuali Indonesia. Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia yang pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020, hingga kini terus mengalami peningkatan. Akibat adanya pandemi Covid-19 dan serangan gelombang kedua, pemerintah menerbitkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang berlaku pada 3 Juli 2021, dengan penyempurnaan aturannya dituangkan dalam Inmendagri Nomor 18 Tahun 2021 yang diterbitkan pada 8 Juli 2021.

Upaya menghindari penyebaran Covid-19 dengan protokol kesehatan yang ketat dengan jaga jarak fisik atau social distancing ini tentu saja menimbulkan perubahan di berbagai bidang, tak terkecuali bidang pendidikan. Regulasi baru di bidang pendidikan tentang pelaksanaan pendidikan dalam masa darurat Coronavirus Disease (Covid 19).

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia pada masa pandemi dilaksanakan dengan sistem belajar dari rumah atau pembalajaran dalam jaringan (daring).

Pembelajaran daring merupakan sebuah pembelajaran dalam jaringan, sehingga memberikan tantangan tersendiri bagi guru sebagai pengelola pembelajaran untuk selalu berinovasi. Sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang menyenangkan bagi siswa. Sebelum pandemi, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menciptakan iklim belajar yang menyenangkan di dalam kelas di antaranya dengan menggunakan strategi dan media pembelajaran yang memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Namun praktik pembelajaran daring tak luput dari berbagai kendala, mengingat guru tidak dapat bertemu secara langsung dengan siswa di dalam kelas. Untuk itu, guru perlu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada salah satunya harus kreatif dan inovatif dalam pembelajaran daring.

Pembelajaran daring sangat bergantung pada teknologi modern, seperti halnya penggunaan platform Google Education dalam kegiatan pembelajaran.

Ada beberpa fitur dalam Google Education yang dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran daring antara lain:

– Google Drive untuk menyimpan administrasi kelas yang sudah disusun oleh guru,

– Google Forms untuk membuat soal evaluasi pembelajaran, absen,
– Google docs untuk menyimpan dokumen dan berbagi dengan siswa dan guru,
– Google sheets untuk menyimpan dan mengolah nilai penilaian harian dan tugas siswa,
– Google Slides untuk membuat bahan ajar, dan powerpoint,
– Google Meet untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka virtual dengan siswa.
– Google Kalender untuk menyimpan jadwal kegiatan rapat, pembelajaran yang bisa diakses dan diingat oleh guru, siswa atau orang tua

Adanya berbagai fitur yang disediakan Google Education tersebut cukup membantu pembelajaran daring.

Namun penggunaannya belum maksimal dan masih ditemui beberapa kendala, baik dari guru maupun siswa. Kendala yang muncul dari siswa antara lain masih ada beberapa siswa yang tidak mempunyai smartphone, orang tua/wali murid yang bekerja sehingga tidak bisa mendampingi siswa dalam proses pembelajaran, dan kendala utama yaitu jaringan internet yang tidak stabil.
Kendala-kendala yang muncul tersebut menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh guru.Guru harus menciptakan pengalaman belajar yang sama bagi semua siswa. Dalam mengatasi masalah tersebut, guru harus inovatif diantaranya adalah menerapkan pembelajaran blanded learning.

Blended learning adalah sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran online. Blended learning adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran.

Blended learning juga sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial.

Blanded learning bisa menjadi solusi untuk memberikan pengalaman belajar yang sama kepada siswa dengan cara pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka melalui tatap muka terbatas dan home visit.
Tatap muka terbatas jika selesai PPKM tentu dilakukan dengan pembatasan kehadiran maksimal 25 % jumlah siswa dikelas dengan maksimal pembelajaran tidak lebih dari 2 jam dan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat, siswa dilarang berkerumun setelah pembelajaran diharapkan langsung pulang dengan mengedepankan protokol kesehatan.

Home visit jika sudah diijinkan, tentu saja dilaksanakan tanpa mengabaikan protokol kesehatan dengan beberapa ketentuan antara lain:

– Satu kelompok belajar tidak lebih dari 5 siswa, Mematuhi protokol kesehatan dengan 5M (Mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas),
– Kegiatan pembelajaran tidak lebih dari 2 jam dan bagi siswa yang sakit tidak diijinkan mengikuti pembelajaran.
Dengan demikian, diharapkan pembelajaran di masa pandemi lebih maksimal.
Sebagai seorang guru, tentu harus memahami kebutuhan peserta didik. Untuk itu, guru harus inisiatif, kreatif, dan inovatif. Mari sukseskan pembelajaran di masa pandemi! Teriring doa semoga tetap sehat, tetap menjaga prokes dan tetap dirumah.
Keberhasilan siswa berawal dari kepedulian guru.

*)Penulis adalah Guru MAN 5 Bojonegoro| Certified Google Educator

No More Posts Available.

No more pages to load.