Optimalkan Industri Pertanian Mulai Hulu Hingga Hilir

oleh -
oleh

SUARABOJONEGORO.COM – Program industri pertanian mulai hulu hingga hilir dengan dukungan pelatihan keterampilan, akses permodalan hingga pemasaran yang digagas pasangan calon bupati (Cabup) dan wakil bupati (Cawabup), Soehadi Moeljono dan Mitroatin, disambut baik perajin kecil.

Mereka menilai program Mulyo-Atine (sebutan lain paslon Soehadi – Mitroatin), itu akan mampu membantu para petani dan menumbuhkan ekonomi kerakyatan di Bojonegoro.

Penjual singkong keju, Aris Sutrisno (32), menyatakan,  jika program itu direalisasikan akan membantu pengusaha kecil seperti dirinya lebih mengembangkan usaha produk olahan singkong. Pengusaha kecil semakin mudah memperoleh akses berjualan, permodalan dan juga pelatihan untuk meningkatkan kualitas produknya.

“Saya berharap Bupati Bojonegoro terpilih mendatang benar-benar memperhatikan wirausahawan kecil. Ini akan sangat membantu kami, pengusaha kecil,” kata Aris, sapaan akrab Aris Sutrisno kepada Suarabanyuurip.com saat ditemui di rumahnya, Jumat (6/4/2018).

Sudah dua tahun Aris berjualan makanan ringan berbahan baku singkong. Usaha itu telah berkembang pesat. Jika pada awal hanya menghabiskan singkong 10 Kilogram (Kg), sekarang bisa 500 Kg.

Untuk usaha ini Aris mengaku telah mempekerjakan lima orang. Setiap harinya mereka diberi upah antara Rp30.000 sampai Rp50.000.

Aris berjualan singkong keju menggunakan gerobak lengkap dengan alat penggorengan mulai sore pukul 15.00 Wib sampai dengan 23.00 Wib di Jalan Panglima Polim, dan Jalan Panglima Sudirman.

Singkong keju produksi Aris laris manis. Warga Gang Depo, Kelurahan Sumbang, Kecamatan Bojonegoro, itu kemudian membuka cabang di beberapa wilayah seperti Sumberjo, Kanor, dan Kalitidu. Hampir semuanya, dikelola oleh kerabat dekat.

“Ada juga yang “kulak” ambil singkong-nya di tempat saya, lalu mereka goreng dan jual sendiri,” jelas ayah dua anak ini.

Seiring berkembangnya usahanya ini, Aris mengaku mulai kesulitan bahan baku. Karena jenis ketela pohon di Bojonegoro tidak bisa dibuat singkong keju karena terlalu banyak serat dan teksturnya keras.

“Saya ambil ketela pohonnya itu dari Bondowoso sama Banyuwangi,” tukasnya.

Menurut Aris, dengan adanya produk olahan ketela pohon ini akan membantu petani. Harga jual ketela bisa meningkat. Di Bojonegoro, kata dia, harga ketela pohon setiap kilogramnya antara Rp700 sampai Rp1.000 per Kg. Sementara dari luar daerah, dia membeli Rp2.000 per Kg.

“Kalau di sini ada bahan bakunya tentu akan sama-sama menguntungkan. Kita bisa lebih mudah memperoleh bahan baku, petani senang karena harga singkong meningkat,” tutur pria yang pernah berjualan air isi ulang ini.

Selain itu, dari limbah usahanya ini, menurut Aris, masih bisa dimanfaatkan lagi. Yakni kulit maupun serutan bisa dijual untuk pakan ternak.

0 LP“Sehingga, masih ada nilai tambah selain penjualan singkong keju,” ujar pria asal Desa/Kecamatan Kalitidu ini.

Senada disampaikan, Aminatun, perajin keripik singkong asal Desa Sumberjo, Kecamatan Sumberjo. Dia mengaku belum mulai memproduksi lagi keripik singkong yang sudah dirintisnya selama tiga tahun karena stok bahan baku kosong.

Saat produksi, Aminatun mengaku bisa menghabiskan 1 kwintal ketela pohon. Namun dari jumlah itu tidak semua dapat diolah karena tekstur ketela pohon dari petani berbeda-beda.

“Selama ini saya jualnya melalui online, dan titip-titip di warung sama pasar,” sambung Ibu satu anak ini.

Produk keripik singkong itu dijual dalam kemasan 1 Kg seharga Rp25.000. Sementara biaya produksi untuk mengolah 1 kwintal singkong  mulai memproses hingga kemasan sebesar Rp60.000.

Dia berharap ada ketersedian bahan baku yang cukup dan sesuai kualitas. Sehingga perajin singkong dapat dengan mudah menadapatkan bahan baku. Selain itu, juga pemberian pelatihan, dan akses permodalan agar perajin bisa mengembangkan usahanya.

“Semoga bupati terpilih nanti mendukungan pengembangan pelaku usaha kecil,” pungkasnya.

Menanggapi hal itu, Cabup Soehadi Moeljono, menyatakan akan memaksimalkan potensi pertanian di Bojonegoro mulai hulu sampai hilir. Untuk wilayah hulu, lanjut dia, akan membangun sarana infrastruktur pertanian, mempermudah kebutuhan pupuk, hingga meningkatkan sumber daya manusia (SDM) petani agar kwalitas produksinya meningkat.

Sedangkan di wilayah hilir, kata Pak Mul, sapaan akrab Soehadi Moeljono, akan mengoptimalkan produk-produk olahan hasil pertanian. Agar hasil pertanian bisa terserap dan harga jualnya meningkat.

“Integrasi ini akan memunculkan usaha baru dan membuka lapangan pekerjaan. Sehingga nantinya akan memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat,” pungkas Cabup yang berpasangan dengan Kader NU ini. (*/red)

No More Posts Available.

No more pages to load.