Tantangan Birrul Walidain Zaman Now

oleh -
oleh

Oleh : Italismaya S.Pd

SuaraBojonegoro.com – Kita sudah sangat familiar dengan legenda Malin Kundang. Berkisah tentang seorang anak yang durhaka kepada ibunya. Yang akhirnya dia dikutuk menjadi batu.

Tidak asing juga dengan kisah Al-Qomah. Seorang sahabat Rasulullah yang dikenal sebagai sosok mukmin beriman dan taat dalam beribadah. Namun menjelang kematiannya, ia justru mengalami sakaratul maut yang cukup menyiksa. Singkat cerita Al-Qomah mengalami sakaratul maut yang menyakitkan karena ia juga telah durhaka kepada Ibunya.

Dua kisah diatas adalah dua kisah hikmah yang menyampaikan pesan kepada kita jangan sampai ada kejadian seperti itu terjadi saat ini. Namun faktanya kisah seperti ini ada ditengah kita. Bahkan sekarang tingkat kedurhakaanya bisa dibilang lebih parah. Kenapa? Karena tidak hanya menyakiti hati orangtuanya, tapi sudah sampai tega menghilangkan nyawa. Astaghfirullah.

Viral di sosial media seorang pedagang ditemukan tewas di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit Jakarta Timur (21/6/2024). Dari hasil penyelidikan polisi ternyata korban telah dibunuh oleh dua anak kandungnya sendiri yang berusia 16 dan 17 tahun.

Kasus pembunuhan terhadap orang tua juga terjadi di Pesisir Barat Lampung, seorang anak tega membunuh ayahnya yang sedang menderita stroke hanya karena kesal saat diminta Tolong diantarkan atau di bopong ke kamar mandi. Anak yang masih berusia 19 tahun itu memukuli bapaknya berkali-kali hingga harus dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal dunia. (11/6/2024)

Mungkin masih banyak kejadian serupa yang tak terliput berita. Sangat disayangkan, kasih sayang dan pengorbanan orangtua yang seharusnya harus didibalas dengan berbakti kepada mereka (Birrul Walidain) justru dibalas dengan kedurhakaan.

*Tantangan Birrul Walidain*

Semakin kesini tantangan kehidupan memang semakin banyak. Ditengah arus kehidupan yang semakin kapitalis materialis, setiap manusia tanpa sadar dibuat berjibaku mengejar dunia, mengejar materi dan menggukur segalanya dengan harta atau uang. Hingga banyak anak lupa ada kewajiban berbakti kepada orangtua.

Mereka menganggap sudah berbakti setelah memberi uang kepada orang tua. Merasa telah membahagiakan ketika bisa membelikan benda-benda berharga. Padahal perhatian dan kasih sayang yang lebih mereka harapkan.

Sekulerisme yang kian mengakar menjadikan manusia lemah iman. Agama tidak lagi di anggap sakral, cukup tertulis dalam KTP. Padahal agama adalah pondasi dan cara pandang dalam kehidupan. Lupa ada agama yang menjadi pegangan. Lelah dan masalah dalam bekerja memicu emosi. Mudah marah dan gampang stress. Lupa ada perintah bersabar. Lupa hakekat tawakkal. Orang terdekat menjadi sasaran emosi. Anak dan orang tua yang ada dirumah menjadi pelampiasan. Hubungan orangtua dan anak juga hanya dilandasi kemanfaatan. Orangtua disayang ketika memberikan kemanfaataan tapi dianggap benalu ketika telah renta tidak bisa apa-apa.

Sekulerisme menjadikan orang kian bebas. Bebas berbuat, bebas melakukan apa saja tanpa mau ada yang melarang. Lebih suka berlama-lama dengan gadgetnya. Merasa terganggu dengan panggilan orang tua atau hal lain yang dianggap bukan urusannya. Menjadi individualistis tanpa mau diusik.

Ditengah pandangan hidup yang semakin bebas, beban hidup yang semakin berat. Kewajiban berbakti kepada orangtua menjadi kewajiban yang terabaikan.

Di zaman now, agama jangan sampai ditinggalkan. Karena berpegang pada agama adalah jalan keselamatan.

*Kewajiban Birrul Walidain*

Sungguh Islam adalah agama sempurna dengan aturan yang paripurna. Mempunyai aturan yang menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan manusia. Birrul Walidain (berbakti kepada orang tua) adalah kewajiban. Allah SWT berfirman:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”.(TQS. Al-Isra 23)

Inilah salah satu aturan Islam terkait hubungan antara anak dan orang tua. Berkata “ah” atau membentak orang tua saja tidak boleh apalagi sampai memukul hingga membunuh mereka, tentu haram hukumnya.

Islam melahirkan generasi berkepribadian luhur, berfikir dan bersikap sesuai Islam serta mempunyai akhlaqul karimah. Berbuat baik kepada siapa saja apalagi kepada kedua orangtua.

Menyayangi mereka, memberikan perhatian kepada mereka, berbuat baik, merawat dengan kasih dan selalu mendoakan mereka. Menjalankan kewajiban berbakti dengan ikhlas dan kesungguhan, ada pahala yang akan kita dapatkan. (**)

No More Posts Available.

No more pages to load.