IBUKU ADALAH SUMBER KEKUATANKU

oleh -
oleh

Oleh: Said Edy Wibowo *)

Untuk Ibuku tercinta…
Terima kasih atas apa yang telah engkau berikan padaku
Sehingga aku bisa sampai pada posisi sekarang ini
Apa yang telah engkau berikan padaku sejak dalam kandungan hingga kini
mungkin tak akan pernah bisa kubalaskan dengan padamu. Namun.. aku akan terus memberikan yang terbaik dan doa yang terbaik untukmu ibu. Doaku untukmu tak akan pernah kuputuskan dan akan selalu kupanjatkan untukmu ibuku dan bapakku.

Terima kasih Ibu..
Sebagai seorang pria yang kini sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Aku mulai sadar akan peran ibu bagi anak-anakku, seperti yang telah ibuku lakukan padaku selama ini. Aku menyadari bahwa selama ini aku lebih dekat dengan ibu ketimbang ayah. Ibu adalah orang pertama yang ku kenal. Ibu yang mengandungku selama sembilan bulan, menyusui, menimang, mengganti pakaian saat aku masih kecil, mendidikku dan selalu berada di sampingku ditiap waktu. Kewajiban ibuku dalam menjalankan perannya ternyata tidak dimulai saat setelah aku lahir dan berhenti sampai aku beranjak dewasa saja. Namun sudah sejak dalam kandungan, ibu merawatku dengan cara memenuhi segala kebutuhan nutrisiku dan memelihara kesehatan jiwa dan raga dari berbagai faktor luar yang punya pengaruh buruk bagi diriku saat masih dalam kandungan.

Setelah aku lahir, ibu menyusui dan menimangku, hal ini sungguh merupakan hal yang sangat penting bagiku. Ibu juga memenuhi berbagai kebutuhanku mulai dari segi kasih sayang, pendidikan, sopan santun dan lain-lain. Dan ibu ternyata mampu memusatkan berbagai segi demi terbentuknya sosok aku yang memiliki kepribadian baik dan utuh sampai saat ini. Ibuku tak hanya memenuhi kebutuhan jasmani, aku juga membutuhkan kebutuhan rohani dan ibu memenuhi kebutuhanku itu semua. Mulai dari mengajariku untuk beribadah, mengaji dan menaati kewajiban beraagama untuk mendapatkan pahala dan menjauhi larangan agar tidak mendapatkan dosa. Ibu juga memberi tahu untuk tidak jajan sembarangan dan mengajariku berbagi pada sesama. Dari ibu pula aku memilih melanjutkan pendidikan dan harus jauh dari kedua orang tuaku untuk melanjutkan studi pada masa SMA hingga kuliah. Dari ibuku pula aku diarahkan mengenyam pendidikan mengaji di pesantren. Ibu adalah orang yang teristimewa dalam hidupku terbukti ibu memiliki cinta yang naluriah yang kuat dan murni. Ibuku juga mampu menanamkan hal positif dalam diriku melalui kedekatan diantara kami, seperti mengajarkanku akan pentingnya bersikap jujur baik itu dalam keluarga atau saat aku bermain di luar bersama teman. Ibu juga mengajarkanku untuk memperlakukan orang lain secara adil seperti ibu adil terhadap aku, adikku dan kakakku. Hubungan baik kami pun bak air sungai yang selalu mengalir, terjadi secara kontinyu sehingga menumbuhkan perasaan kasih sayang ibu dan aku. Dari sinilah aku mulai mempelajari dan meniru sifat ibu yang sabar dan penuh kasih.

Aku yang masih kecil dan masih dalam tahap tumbuh dan berkembang memerlukan sebuah lingkungan yang memungkinkan seorang anak untuk mengembangkan potensiku, baik potensi mental intelegensia, potensi sosial, potensi ekonomi maupun potensi fisik-biologis. Ibu sebagai orang terdekatku dituntut untuk memberikan rangsangan dan bimbingan agar potensi-potensi tersebut berkembang secara normal ke arah yang baik. Ibu pun melakukannya, seperti ketika menyusuiku, memandikan atau mengenakan pakaianku dan memberiku makan atau mengajarkanku berbicara. Dan inilah sumber yang aku gunakan untuk mengembangkan potensi sosial dan emosional yang kini ku miliki. Karena sesungguhnya perkembangan seorang anak adalah lahir dari sentuhan kasih dan sayang ibu. Adalah hal yang salah bila kita menganggap pekerjaaan seorang ibu dirumah adalah hal sepele. Tugas mendidik anak adalah sebuah tanggung jawab suci dari seorang ibu.

Dalam sebuah perjalanan kehidupan suami dan istri memiliki tanggung jawab yang sama dalam mendidik anaknya, tetapi pada kenyataannya tugas mendidik anak lebih dipikul oleh seorang ibu. Ibulah yang selalu memberi perhatian, mendidik anak, mengajari anak sopan santun. Ibu juga yang mengajarkan keseimbangan antara menerima dan memberi. Serta ibu pulalah yang mendidik anak untuk mampu menempatkan diri secara wajar dalam hubungan antar keluarga dari ibu semua mengalir kekuatan dan energi kasih sayang.

Tidak sedikit orang di dunia ini yang tidak menyadari akan cinta, kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu. Demikian pula dengan ibu, banyak ibu yang tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagaimana mestinya terhadap anak mereka. Orang tua yang tidak mampu memberikan pehatian terhadap anaknya akan menyebabkan anak menjadi gelisah dan kurang puas. Cinta kasih ibu bukanlah sebuah khayalan romantis semata. Tak bisa dibayangkan bagaimana nasib anak-anak yang dibesarkan tanpa asuhan, kasih sayang dan belaian seorang ibu. Disinilah fungsi ibu nampak, ibu yang mampu memberi bekal bagi anak-anak untuk menghadapi dunia serta kehidupan yang lebih luas. Anak-anak yang kelak menjadi pemimpin negeri ini. Cinta dan kasih sayang ibu merupakan sumber kekuatan untuk menunjang perananku menghadapi dunia. Inilah yang membuat ibu dapat mengerahkan seluruh energi melalui doa ibu, kasih sayang ibu yang beliau miliki sepenuhnya hanya untuk sang buah hati yaitu anak tercintanya.

Pada masa pandemi Covid-19 peran ibu sangatlah penting untuk memastikan kondisi putra putrinya untuk selalu mengingatkan mematuhi protokol kesehatan saat di rumah maupun di luar rumah. Seorang ibu selalu memastikan anggota keluarganya untuk selalu memakai masker dimanapun berada karena masa pandemi, tak hanya sampai disitu peran ibu juga selalu mengingatkan untuk selalu mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri dan menjaga jarak dengan teman dan orang lain saat berada diluar rumah. Begitulah peran ibu yang sangat luar biasa. Ibu juga memastikan imun keluarga dengan memasak untuk menguatkan imun keluarga dimasa pandemi Covid-19. Ibu adalah pahlawan yang sesungguhnya.

Teriring doa untukmu ibu dan bapak: “Allahumma fighfirlii wa liwaa lidhayya warham humaa kamaa rabbayaa nii shoghiroon”
“Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Baik ibu maupun bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil.” Aamiin

Selamat Hari Ibu.

*) Penulis adalah Guru MAN 5 Bojonegoro, Humas Kwarcab Bojonegoro, Pegiat Literasi

No More Posts Available.

No more pages to load.