SuaraBojonegoro.com – Hari ketiga revalidasi geopark nasional Bojonegoro untuk memperoleh pengakuan UNESCO Global Geopark (UGGp) berlanjut di enam titik situs, Jumat (13/6/25). Museum 13 SDN Panjunan 2 Kalitidu, Sentra UMKM Ledre Purwosari, Masjid An Nahdla, Kampung Adat Samin Margomulyo, Kampung Wayang Thengul Margomulyo, serta Sentra Kerajinan Akar Jati Margomulyo. Tim penilai terpukau dengan spirit pelestarian geosite, biosite, dan culture site oleh generasi muda.
Di Museum 13 SDN Panjunan 2, siswa-siswi memresentasikan aktivitasnya berburu fosil yang diinisiasi oleh sang guru Harry Setiawan sejak 1989. Fosil-fosil yang didapat di berbagai kecamatan ini dikumpulkan menjadi satu dalam ruang kelas. Ruang kelas itulah yang menjadi cikal bakal Museum 13. Asesor Geopark Nasional, Mirawati Sudjono, M.Sc., kagum dengan adanya ekstrakurikuler Kepurbakalaan di SDN Panjunan 2. “Sayangnya, fosil-fosil yang didapat belum diidentifikasi. Saya berharap, informasi tentang fosilnya harus disajikan lebih menarik. Peta sebaran fosil-fosil harus dilengkapi dengan gambar dan berbahasa Inggris. Supaya wisatawan asing tertarik untuk riset di sini,” ucapnya.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Bojonegoro (Unigoro), Dr. Laily Agustina R., S.Si., M.Sc., menimpali, pengelola museum dan situs-situs geopark lainnya bisa bekerja sama peserta KKN TK Unigoro. Untuk pengembangan potensi yang ada di geosite, biosite, maupun culture site. “Untuk di Museum 13 SDN Panjunan 2 ini, peserta KKN TK Unigoro akan membuatkan sistem QR code untuk informasi detail fosil. Sekaligus membuatkan peta persebaran fosil yang lebih menarik,” imbuhnya.
Sementara itu, kunjungan di Kampung Adat Samin Margomulyo memberikan pengalaman yang baru kepada asesor. Sebab, komunitas adat satu-satunya di Bojonegoro masih eksis dan memiliki nilai kultural tersendiri. (Din/Lis)