Oleh: Ust. Sholikin Jamik
SuaraBojonegoro.com – Cuaca di Madinah pada hari Jumat tgl 26 Januari 2024 di pagi hari amat sangat dingin 12 Celsius. Kajian bakda subuh tentang fiqh dan hakekat Thowaf jamaah Umroh KBIHU Masyarakat Madani Bojonegoro yg di bimbing Drs.H. Sholikin Jamik,SH.MH. yang di rencanakan di serambi masjid Nabawi Madinah al Munawaroh harus pindah ke Lt 14 hotel andalus palace 3 tempat menginap jamaah umroh, karena menghindari kedinginan. Suasana yang terbatas di lt 14 hotel tersebut tidak mengurangi ke khidmatan mengaji dan memahami masalah thowaf yg menjadi rukun umroh itu.
Sholikin Jamik dalam paparannya menjelaskan fikiqh Thowaf dg uraian dan tahapan sebagai berikut :
1. Masuk Masjidil Haram
Masuk ke Masjidil Haram dengan kaki kanan sambil membaca doa masuk masjid.
2. Menuju Hajar Aswad
Tata cara umrah sesuai sunnah selanjutnya adalah menuju ke Hajar Aswad lalu menghadapnya sambil mengucapkan kalimat takbir. Jemaah juga bisa mengusapnya dengan tangan kanan dan menciumnya.
Namun, jika tidak memungkinkan, jemaah umrah cukup memberi isyarat kepada Hajar Aswad dengan tangan kanan tetapi tidak disertai mencium tangan yang memberi isyarat.
3
Tawaf 7 Kali Putaran
Tawaf dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad. Saat tawaf, tidak ada bacaan tertentu tiap putarannya namun jemaah dapat membaca Al-Qur’an, doa, atau zikir yang dikehendakinya. Setelah Tawaf, jemaah laki-laki dapat menutup kedua pundaknya dan berjalan menuju Maqam Ibrahim sambil membaca surah Al Baqarah ayat 125.
Sesampainya di sana, jemaah disunnahkan mengerjakan sholat sunnah tawaf 2 rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Lalu, disunnahkan pula meminum air zamzam dan menyiram kepala dengannya.
Thawaf memiliki makna mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran.
Thawaf adalah amalan yang wajib dilakukan dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Setiap putaran ini disebut ‘Syauth’.
Tawaf menjadi salah satu rukun haji dan umrah, sehingga apabila seorang jamaah haji tidak melaksanakan thawaf, maka haji dan umrahnya menjadi tidak sah.
TAUBAT ADAM DENGAN THOWAF
Menurut sejarahnya, perintah thawaf pertama kali datang ketika Nabi Adam AS diturunkan ke bumi oleh Allah SWT. Kala itu Allah memerintahkan Nabi Adam untuk menuju sebuah daerah di Bakkah, tempat dibangunnya rumah yang serupa dengan Baitul Makmur. Baitu Makmur sendiri merupakan tempat di bawah Arsy yang diciptakan Allah agar para malaikat mengelilinginya. Ini terjadi setelah para malaikat meragukan keputusan Allah yang hendak menciptakan manusia dan menjadikannya khilafah di bumi. Lalu diperintahkanlah malaikat untuk membuat rumah serupa Baitul Makmur di bumi
Baitul Makmur, Ka’bah para malaikat di langit ketujuh.
Baitul Makmur merupakan sebuah tempat suci yang berada di langit. Tempat ini merupakan Ka’bah bagi para malaikat yang terletak di langit ketujuh.
Mengenai Baitul Makmur ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
وَّالْبَيْتِ الْمَعْمُوْرِۙ ٤
Artinya: “demi Baitul Makmur,” (QS At-Tur: 4)
Dalam menafsirkan ayat tesebut, Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menukil sebuah hadits yang disebutkan dalam Shahih Bukhari Muslim bahwa Rasulullah SAW dalam kisah Isra’ Miraj sesudah melewati langit ketujuh menceritakan:
“Selanjutnya, aku dinaikkan ke Baitul Makmur. Ternyata, tempat ini dimasuki oleh 70.000 malaikat setiap hari dan mereka tidak pernah kembali.”
Para malaikat tersebut beribadah di Baitul Makmur dan melaksanakan thawaf di sana sebagaimana penduduk bumi melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah mereka.
Baitul Makmur adalah Ka’bah bagi penduduk langit ketujuh. Karena itu, di sana Rasulullah bertemu dengan Nabi Ibrahim AS yang menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur karena beliau adalah nabi yang membangun Ka’bah di bumi.
Ibnu Katsir juga menuturkan bahwa letak Baitul Makmur itu lurus di atas Ka’bah. Andai jatuh, maka akan jatuh menimpa Ka’bah. Dalam hal ini, Ibnu Katsir bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib.
Ibnu Jarir meriwayatkan melalui Khalid bin ‘Ar’arah bahwa ada seseorang bertanya kepada Ali RA, “Apakah Baitul Makmur itu?”
Ali menjawab, “Sebuah rumah di langit yang disebut dengan adh-Dhurah letaknya lurus di atas Ka’bah. Kesuciannya di langit adalah seperti kesucian Baitullah di bumi. Setiap hari ada 70.000 malaikat yang menunaikan salat di sana dan tidak pernah kembali selama-lamanya.”
Selanjutnya, al-Albani menuturkan hadits lain yang mendukung dan bernilai shahih dari Rasulullah SAW melalui Qatadah, ia berkata, “Kami mendengar bahwa pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW bertanya kepada para sahabat, “Apakah kamu tahu apakah Baitul Makmur itu?”
Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Beliau bersabda, “Baitul Makmur adalah sebuah masjid di langit. Di bawahnya adalah Ka’bah. Andai Baitul Makmur itu runtuh, ia menimpa Ka’bah.”
Al-Albani mengatakan, “Kesimpulannya adalah bahwa tambahan kata ‘lurus dengan Ka’bah’ adalah kalimat yang disepakati dalam semua riwayat.”
Dikatakan lebih lanjut bahwa di setiap langit terdapat rumah yang digunakan sebagai tempat ibadah bagi penduduk langit tersebut. Mereka salat dengan menghadap ke rumah tersebut. Inilah yang di langit dunia disebut dengan Baitul Izzah. (Red/Lis)