Optimalisasi Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Intoleran, Radikalisme dan Terorisme

Oleh: Aning Wulandari, M.Pd.*)

SuaraBojonegoro.com – Saat ini Indonesia sedang menuju Indonesia Emas 2045 dengan visinya menjadi “Negara Nusantara yang Berdaulat, Maju dan Berkelanjutan”. Mengapa Indonesia Emas tahun 2045? Karena pada tahun 2045 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu sebanyak 70% dari jumlah penduduknya dalam usia produktif. Bonus demografi ini harus disiapkan dengan baik agar membawa dampak baik bagi Indonesia. Oleh karenanya para generasi muda saat ini disebut sebagai Generasi Emas 2045.

Pemerintah dan seluruh komponen terkait perlu mempersiapkan para generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten dan berdaya saing tinggi.

Sehubungan dengan visi Indonesia Emas 2045 menjadi negara Nusantara yang berdaulat, maka seluruh komponen Masyarakat perlu membekali para generasi muda dengan penguatan wawasan kebangsaan agar dapat mencegah terjadinya intoleran, radikalisme dan terorisme. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, dalam hal ini Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) kabupaten Bojonegoro telah proaktif melaksanakan berbagai kegiatan untuk mencegah tindakan intoleran, radikalisme dan terorisme, diantaranya melalui kegiatan “Sosialisasi dan Focus Group Discussion (FGD) Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Intoleran, Radikalisme dan Terorisme dalam menjaga Kondusifitas Wilayah Bojonegoro”.


Kegiatan dilaksanakan di 5 zona, yaitu Zona Kalitidu (Kalitidu, Ngasem, Gayam, Purwosari, Ngambon, Malo), Zona Padangan (Padangan, Ngraho, Margomulyo, Tambakrejo, Kasiman, Kedewan), Zona Baureno (Baureno, Kepohbaru, Kanor, Sumberejo, Kedungadem), Zona Dander (Dander, Sugihwaras, Temayang, Gondang, Bubulan, Sekar) dan zona Bojonegoro (Bojonegoro, Trucuk, Kapas, Balen, Sukosewu). Ini berarti bahwa peserta kegiatan meliputi semua kecamatan di kabupaten Bojonegoro.

Kegiatan ini menjadi semakin menarik karena pesertanya meliputi siswa SMA/MA/SMK yang tergabung dalam perguruan silat, para guru BK, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, Pengurus Bojonegoro Kampung Pesilat (BKP) dan pengurus organisasi kemasyarakatan (FKDM, FKUB, FPK). Sedangkan narasumbernya dari unsur-unsur terkait, yaitu dari Pemkab Bojonegoro, Polres Bojonegoro, Kejaksaan Negeri, Kodim 0813 dan ketua FKDM Bojonegoro. Mengapa menarik? Karena ada kolaborasi antara siswa sekolah dengan BKP. Sebagaimana kita tahu bahwa beberapa kasus kekerasan antar remaja usia sekolah sering menyeret nama perguruan silat yang diikuti oleh siswa tersebut sehingga seolah-olah terjadi perseteruan antar perguruan silat. Ini yang perlu dibahas tentang bagaimana fenomena itu dapat dicegah di Bojonegoro.

Baca Juga:  PILKADA, PEMILIH PEMULA DAN PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA

Secara umum pejabat Pemkab Bojonegoro menyampaikan bahwa Pembangunan di Bojonegoro akan berjalan dengan baik dan ekonomi tumbuh dengan cepat hanya jika wilayahnya kondusif, sehingga diharapkan seluruh komponen Masyarakat bersinergi dalam menjaga kondusifitas Bojonegoro. Narasumber dari Polres Bojonegoro memberikan wawasan kepada peserta tentang apa itu intoleran, radikalisme dan terorisme dan memberikan contoh kasus yang pernah terjadi dan bagaimana penanganan oleh kepolisian. Lebih lanjut, Polres mengajak BKP dan para siswa untuk mencegah terjadinya potensi intoleran, radikalisme dan terorisme.

Narasumber dari Kejaksaan Negeri melengkapi informasi kepada peserta dengan penjelasan mengenai pasal-pasal yang dilanggar untuk setiap tindakan kekerasan, intoleran radikalisme dan terorisme. Narasumber dari Kodim 0813 menyampaikan bahwa TNI merupakan komponen utama pertahanan negara, sedangkan BKP termasuk komponen Cadangan dalam pertahanan negara. Oleh karenanya penting bagi BKP untuk bersinergi dengan TNI dalam menjaga kedaulatan negara. BKP perlu menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada para siswa yang tergabung dalam perguruan silat. Sementara itu, ketua FKDM menyampaikan pentingnya peran guru dalam mencegah terjadinya kekerasan antar remaja dengan penguatan wawasan kebangsaan. Empat pilar kebangsaaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI harus ditanamkan kepada para siswa melalui penguatan karakter pelajar Pancasila di sekolah. Bersikap moderat menjadi salah satu kunci utama untuk mencegah jiwa eksklusif di antara para pelajar yang tergabung dalam perguruan silat.

Baca Juga:  Misi Suci Prajurit di Perbukitan Cianjur

Ada fakta menarik dalam sesi tanya jawab, yaitu fakta bahwa masing-masing sekolah/madrasah sudah melaksanakan berbagai kegiatan positif untuk meminimalisir potensi konflik antar pelajar yang tergabung dalam perguruan silat. Diantaranya dengan mengadakan kegiatan ekstra silat, silat prestasi, Forum antar anggota perguruan silat, dan masih banyak lagi. Upaya sekolah ini cukup efektif menekan perkelahian atau kekerasan antar pelajar anggota perguruan silat di sekolah.
FGD ini menjadi sangat efektif karena sharing dari peserta kegiatan juga dapat menginspirasi sekolah lain untuk melakukan kegiatan yang sejenis. Pun para narasumber dan pengambil kebijakan menjadi lebih paham bahwa pihak sekolah, madrasah dan BKP sudah berkontribusi di dalam mencegah kekerasan, intoleran, radikalisme dan terorisme. Semoga lebih banyak kegiatan-kegiatan sejenis para generasi muda kabupaten Bojonegoro benar-benar menjadi generasi emas 2024 dan dapat menjaga kondusifitas Bojonegoro agar terhindar dari intoleran, radikalisme dan terorisme. Indonesia Jaya, NKRI Harga Mati.

*) Penulis adalah Ketua FKDM (Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat) Bojonegoro