BPBD Bojonegoro tetapkan 104 Desa berpotensi Kekeringan

oleh -
oleh

Reporter : Lina Nur Hidayah

SuaraBojonegoro.com – Kekeringan berkepanjangan yang terjadi hampir diseluruh kecamatan di kabupaten Bojonegoro, membuat masyarakat resah karena disebagian wilayah tidak memiliki sumber air yang baik pada musim kemarau.
Berdasarkan data yang dihimpun suarabojonegoro.com dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Bojonegoro , terdapat 104 Desa di 24 kecamatan yang berpotensi kekeringan.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Bojonegoro, Laela Nor Aeny, bahwa ada 22 titik kecamatan yang sudah mengalami kekeringan dari 70 desa di wilayah Kabupaten Bojonegoro per Bulan September tahun ini.

” kami selalu update pendistribusian air setiap jam 9 malam, kemarin sudah didistribusikan 174 tengki air dari BPBD Provinsi Jatim,” Jelas Kalaksa BPBD Bojonegoro kepada suarabojonegoro.com.Rabu (18/09/24)
Sementara, Jumlah pendistribusian air pada tahun ini BPBD Bojonegoro menyediakan 900 tengki air yang diperoleh dari Provinsi Jawa Timur, dan telah didistribusikan sebanyak 174 tengki air ke 70 Desa dari 22 Kecamatan yang positif mengalami kekeringan mulai tanggal 15 Juli 2024 hingga sekarang.

Yang mana bantuan pendistribusian air dari 765 tengki air berasal dari APBD Kabupaten sebanyak 591 tengki air dan 174 dari BPBD Provinsi Jawa Timur.

Pihaknya menambahkan , kecamatan yang paling banyak mengalami kekeringan pada tahun ini antara lain, Kecamatan Kepohbaru sebanyak 8 desa yang terdampak kekeringan , kecamatan Sumberjo ada 7 desa Terdampak, kecamatan Sugihwaras 6 desa Terdampak dan kecamatan Ngasem 6 desa dinyatakan terdampak kekeringan.
” Kecamatan yang terdampak kekeringan sudah menerima distribusi air mulai 15 Juli sampai sekarang,” Tambah Laela Nor Aeny

Sementara itu, jika dibanding tahun 2023 lalu ada 118 desa yang mengalami kekeringan dari 24 kecamatan, “Untuk di desa Mojosari , kecamatan Kepohbaru dan juga kecamatan Ngraho , selama kekeringan hanya mengandalkan pendistribusian air karena daerah tersebut belum ada sumber air,” Jelasnya.

Puncak kekeringan di kabupaten Bojonegoro berlangsung pada bulan Agustus dan September, diperkirakan akan selesai pada bulan Oktober mendatang. (Lin/red)

No More Posts Available.

No more pages to load.