Oleh: Dian AK
(Women Movement Institute)
Baru tes saja sudah banyak yang melakukan pelanggaran-pelanggaran. Beberapa aturan seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) seakan tak diindahkan. Seakan meniadakan kesan bahwa tes CPNS sebagai sarana mengukur kecerdasan para peserta CPNS. Munculnya kasus dalam pelaksanaan tes CPNS sangat memalukan dan mencoreng jabatan institusi yang dikejarnya.
Di Makasar, belasan CPNS Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) membayar Rp 125 juta hingga Rp 150 juta untuk mendapatkan jasa joki yang disediakan oleh broker Wahyudi seorang PNS atau dokter di PT. Pelindo IV Makasar. Joki yang ditawarkan adalah alumni Universitas ternama di Indonesia (Liputan6, 8/11).
Di Jawa juga tak kalah mengejutkan, tim panitia seleksi CPNS menyita jimat-jimat yang dibawa para peserta CPNS. Terdapat belasan jimat yang ditemukan di tas dan pakaian peserta sebelum memasuki ruang ujian tes computer assisted test (CAT) CPNS Kabupaten Madiun di Asrama Haji, Kota Madiun (Kompas, 7/11).
Jika dicermati, perilaku-perilaku calon PNS di atas tak terlepas dari beberapa hal. Pertama, ketidakpercayaan diri. Faktor ini cukup mempengaruhi CPNS, banyak dari mereka yang tak menguasai materi atau skill yang diujikan. Walhasil cara tak benar pun diambil. Kedua, sulitnya mencari pekerjaan. Di tengah pekerjaan dengan gaji yang sesuai sangat sulit dicari maka moment CPNS adalah kesempatan yang menggiurkan. Walhasil peserta yang sudah lolos seleksi pendaftaran tak mau membuang kesempatan untuk sukses tes CPNS dengan cara instan. Sekalipun dalam hal ini akan melanggar peraturan atau berhadapan dengan hukum. Ketiga, sistem yang berlaku di negeri ini. Sistem sekuler-kapitalis telah mendidik seseorang berjiwa sekuler sekaligus kapitalis pula. Menganggap sebuah jabatan mampu dibeli dengan uang dan materi tanpa memandang aspek keilmuan yang harus dikuasainya. Akhirnya mereka berusaha dengan berbagai cara agar lulus ujian seleksi CPNS dengan nilai bagus tanpa melihat caranya benar atau tidak.
Tentunya perilaku tak baik yang ditampakkan calon PNS ini tak bisa dianggap sepele. Selain dapat membawa ketidakberkahan dalam hidupnya, ambisi untuk meraih keberhasilan lewat jalan pintas ini akan memiliki dampak yang sangat membahayakan terutama bagi negara. Perbuatan mereka yang tidak sah atau tidak terhormat ini bisa jadi salah satu penyebab lahirnya para pejabat yang curang. Lambat laun pejabat-pejabat seperti inilah yang akan menghancurkan masa depan bangsa itu sendiri.
Tak hanya itu, kekecewaan dan keraguan akan keefektifan tes seleksi ini juga menjadi polemik di tengah masyarakat. Ada yang menilai masih efektif dan menguntungkan. Karena dengan seleksi ini akan mampu mengukur kualitas pejabat yang terbaik sekalipun hanya dengan melihat nilai akademik hasil tes seleksi tersebut. Tapi tak sedikit pula yang pesimis, menganggap seleksi CPNS hanyalah formalitas dan sarat dengan kecurangan di sana sini.
Memang mendambakan hasil seleksi yang ideal butuh upaya dari banyak pihak terutama mewujudkan pejabat yang bersih dan berkualitas. Maka kesadaran untuk berperilaku jujur haruslah terus dikampanyekan dan dicontohkan. Tentu saja hal ini akan efektif manakala dilakukan penggusuran sistem sekuler-kapitalis yang merupakan sumber permasalahan. Dengan begitu aturan-aturan yang kondusif akan mampu menutup celah calon PNS untuk berperilaku curang. Dalam firmanNya Allah berfirman: “Celakalah bagi orang-orang yang berlaku curang” (QS. Al-Muthaffifiin:1). (**)
*)Foto Ilustrasi nasional.sindonews.com