SUARABOJONEGORO.COM – Selama sepuluh tahun siswa siswa MI Nurul Huda Desa Jelu, Kecamatan Ngasem, terpaksa dalam suasana belajar tidak nyaman. Satu ruang kelas terpaksa di sekat untuk belajar dua kelas karena kurangnya ruang kelas.
“Hampir sepuluh tahun belum ada bantuan. Pernah dapat, tapi sudah lama sekali,” kata Kepala MI Nurul Huda, Imam Ja’far Shodiq, kepada wartawan, Jumat (23/3/2018).
MI Nurul Huda memiliki 96 siswa. Selama ini mereka belum bisa mendapatkan pendidikan layak karena kondisi bangunannya memprihatinkan. Saat ini, pihak sekolah tengah berfikir bagaimana caranya agar enam ruangan yang digunakan untuk kelas I sampai VI benar-benar layak pakai.
“Bayangkan, satu ruangan hanya berukuran 3×3 meter dan hanya dibatasi triplek dengan kelas lainnya,” imbuhnya.
Selain kekurangan ruang kelas, semua bangunan bagian atas gedung sudah melengkung dan hampir roboh. Apabila turun hujan disertai angin kencang para siswa dipulangkan untuk menghindari bahaya.
“Atap sekolah kami sudah melengkung kebawah, ini tinggal “brek” nya saja,” tandasnya.
Jafar mengaku tidak dapat berbuat apa-apa lagi, jika lembaga yang dimanfaatkan warga setempat untuk menimba ilmu anak-anaknya ambruk, dan tidak bisa dipakai lagi. Sampai hari ini belum ada jalan keluar untuk memperbaikinya, karena untuk mendapatkan bantuan dari Kementrian Agama Kabupaten Bojonegoro harus berbasis Tekhnologi Informasi (TI).
“TI di sini belum bisa maksimal, selain jaringannya susah diakses juga fasilitas kurang mendukung,” tandasnya.
Pihaknya berharap, Pemkab Bojonegoro memberikan perhatian kepada lembaga yang letaknya berada di sekitar sawah warga ini. Agar, ada perubahan baik secara fisik maupun mental guru dan siswa dalam melakukan proses belajar mengajar.
“Semoga saja ada perhatian sekolah-sekolah pinggiran seperti disini. Karena, tidak mungkin juga mengandalkan dari orang tua siswa,” pungkasnya.
Sementara Kasi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama (Kemenag) Bojonegoro, Asyik Samsul Huda, mengatakan, jumlah lembaga MI di Kabupaten Bojonegoro ada 249 unit. Dari jumlah itu tiga diantaranya berstatus negeri.
“Untuk bangunan sekolah yang rusak ada banyak, tapi saya tidak hafal. Datanya di kantor, posisi sekarang di Surabaya,” tandasnya.
“Selama ini, sudah ada perhatian berupa bantuan dari Pemkab Bojonegoro untuk lembaga MI yakni berupa uang tunai yang langsung diserahkan masing-masing yayasan.
“Jumlah bantuan tersebut bervariasi, ada senilai Rp50 juta, Rp100 juta, ada juga Rp200 juta,” pungkasnya.
Dimintai tanggapannya, salah satu Calon Bupati Bojonegoro, Soehadi Moeljono, menyatakan keprihatinan terhadap kondisi MI Nurul Huda. Selain mengganggu KBM, juga membahayakan keselamatan siswa dan guru.
Karena itu, lanjut dia, kedepan pihaknya akan bersinergi dengan Kemenag untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi sekolah-sekolah swasta di Bojonegoro dengan perbaikan sarana prasarana.
“Kedepan jangan ada lagi kesenjangan pembangunan antara sekolah swasta dan negeri. Karena semua yang belajar di situ adalah anak-anak kita, generasi Bojonegoro,” tegas cabup yang berpasangan dengan Kader NU, Mitroatin ini. (*/red)