VIRUS YANG MENYERANG  PERPECAHAN PENDUDUK DESA

Oleh: COACH @PRIYOLELAKI

SuaraBojonegoro.com – “Banyak dari kita yang memiliki tujuan baik tapi di lakukan dengan cara yang kurang baik. Akhirnya, tujuan baiknya di anggap tidak baik,”.

“Yang berada di kota terpapar virus, merasa KETAKUTAN akan tertular. Akhirnya, memilih pulang kampung agar lebih aman. Yang tinggal di kampung pun merasa KETAKUTAN karena ada perantau yang pulang dari kota yang  terpapar.

Peraturan memerintahkan untuk #TETAPDIRUMAH, tetap di kota perantauan, #JANGANPULANGKAMPUNG tapi,  yang di perantauan ingin segera pulang ke Kampung. KENAPA?

Karena tempat yang di tinggali saat ini bukanlah sebuah rumah melainkan kos yang harus di bayarkan biaya bulanannya. Dengan #TETAPDIRUMAH, kekuatan menghidupi biaya bulanan akan hilang bersama hadirnya kesusahan yang melemahkan.

Alhasil, satu-satunya peluang bertahan hidup lebih lama adalah dengan pulang ke kampung halaman.
Apa yang terjadi ketika tiba di kampung Halaman?

Masyarakat di kampung merasa mendapatkan ancaman bahaya. Timbullah keresahan, ketakutan hingga perlakuan kurang menyenangkan terhadap para perantauan yang datang pulang ke kampung tanah kelahiran.

1. Aparat dan masyarakat desa, mendatangi langsung ke rumah si perantau.  Di mintanya si Perantau untuk segera melapor dan memeriksakan diri ke layanan kesehatan  terdekat.

Baca Juga:  Nyunggi Kitab Suci

2. Ada masyarakat desa yang nyinyir, ngedumel dan menunjukkan sikap dan perlakuan tidak menyenangkan.
” _Goro-goro wong perantauan balik deso, suwe suwe wong deso iso mati Kabeh”_ Nyinyiran Emak – Emak bermulut pedas.

3. Pihak keluarga perantau yang di datangi merasa di sudutkan dan di SALAHKAN. Timbullah sikap tidak terima. Kenapa keluarganya pulang ke kampung sendiri dan ingin berkumpul cari perlindungan aman tapi di anggap seperti MUSUH DESA?
Oh, ternyata VIRUS ini tidak hanya sekedar menyerang KESEHATAN tapi juga bisa mengadu domba dan memecah belah kerukunan antar penduduk desa.

Lalu, bagaimana seharusnya sikap kita dalam menyikapi permasalahan ini?

1. Siapapun yang mendatangi, memberikan informasi terkait PROSEDUR KEDATANGAN PERANTAU, baik tetangga atau aparat desa, haruslah pribadi yang memiliki kemampuan KOMUNIKASI (Communication Skill) yang baik. Menyampaikan dengan cara ramah,  di beri penjelasan dengan gaya santun. Jangan bernada tinggi, berwajah kasar dan bergaya arogan.

2. Janganlah berkata dan bersikap menjatuhkan. INGAT! semua punya tujuan baik yaitu ingin sama sama bisa bertahan hidup dan terhindar dari VIRUS ini.  Belajarlah “MENCOBA UNTUK MENGERTI (EMPATI)”.  Sebagian perpecahan timbul karena UCAP KATA yang melukai hati. Jadi, jagalah lisan sebijaksana mungkin. Jangan beropini hanya untuk kepentingan diri sendiri. Jangan sampai mulutmu menjadi virus yang lebih berbahaya dari virus asli yang sebenarnya.

Baca Juga:  JARENE-JARENE

3. Jangan mudah emosi dan terprovokasi. Tarik nafas panjang, tenangkan diri dan jadilah masyarakat yang taat aturan. Tidak perlu melawan opini orang yang menjatuhkan. Doakan saja, semoga mereka yang bersumbu pendek, di beri pencerahan agar lebih dewasa dan bijaksana lagi.

Apapun yang terjadi, jangan sampai VIRUS ini menjadikan kita sebagai  MUSUH sesama sahabat, saudara, tetangga dan keluarga. Teruslah santun berbicara dan  berpendapat. Yakinlah kita manusia kuat yang akan selalu berjuang untuk terus bertahan. Habis gelap, terbitlah terang.  Badai pasti berlalu. Selalu ada harapan untuk memperjuangkan masa depan. (**)

*) Penulis adalah seorang Certified Public Speaker’s, Bekerja sebagai seorang Senior Cabin crew di maskapai penerbangan Internasional, menjadi trainer materi komunikasi dan Hospitality, saat ini juga menjadi Founder dan CEO dari Red angels group dan wisata edukasi Kampung Tumo.