SuaraBojonegoro.com – Aksi bersama pengendalian eceng gondok di Desa/Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, pada Minggu (29/10/23), berjalan sukses. Aksi ini digagas oleh Universitas Bojonegoro (Unigoro), IDFos Indonesia, Ademos Indonesia, Forum Gandong Indonesia, dan GELAR. Lebih dari 500 relawan dari berbagai elemen masyarakat serta bantuan alat berat dari dinas terkait dikerahkan untuk membantu proses pembersihan tanaman yang membahayakan perairan itu.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unigoro, Laily Agustina R., S.Si., M.Sc., menerangkan, fenomena blooming eceng gondok di Kabupaten Bojonegoro terparah terjadi tahun ini. Dampaknya bisa menyebabkan pendangkalan air sungai dan merusak ekosistem perairan.
Agar peristiwa itu tidak terulang kembali, dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Terutama untuk mengontrol input limbah, sekaligus monitoring dari lembaga pemerintah. Sehingga bisa antisipasi lebih dini.
“Seperti di Madiun, ketika muncul eceng gondok di satu titik langsung dibersihkan, karena perkembangannya begitu cepat. Jadi output-nya bukan cuma Bengawan Solo sehat, tapi masyarakat punya awareness supaya tidak akan terjadi blooming eceng gondok lagi. Sehingga masyarakat juga teredukasi. Jangan sampai muncul asumsi ini biasa terjadi setiap kemarau,” terangnya di hadapan awak media.
Lantas akan dikemanakan limbah-limbah eceng gondok yang berhasil dibersihkan? Laily menjelaskan, limbah tersebut akan disemprot dengan larutan eco enzyme untuk mempercepat proses pembusukan. Sehingga bisa dimanfaatkan sebagai kompos, agar pepohonan di sekitar lahan hutan BKPH Malo tumbuh subur serta menjaga keseimbangan alam.
“Kami menyediakan eco enzyme sebanyak lima liter dengan dosis satu mililiter per satu liter air. Yang akan disemprotkan ke limbah-limbah eceng gondok menggunakan drone khusus karya dosen teknik industri Unigoro,” jelasnya.
Hal senada juga dikatakan oleh mahasiswa semester tujuh prodi ilmu lingkungan Unigoro, Ahmad Niamul Abrori. Menurut dia, salah satu cara mencegah terjadinya blooming eceng gondok adalah tidak membuang limbah domestik rumah tangga di sungai.
“Selain itu jangan menggunakan pestisida dan pupuk kimia. Berdasarkan hasil penelitian kami, kadar DO (dissolved oxygen) di perairan sungai Bojonegoro sangat rendah,” imbuhnya.
Goal utama aksi bersama pengendalian eceng gondok di Desa Malo bukan hanya untuk membasmi tanaman tersebut. Melainkan dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar sungai Bengawan Solo untuk sadar akan bahaya tanaman eceng gondok. “Kami tidak mungkin membersihkan seluruh permukaan.
Kemampuan kami sangat sedikit. Aksi luar biasa seperti ini hanya mampu membersihkan sebagian kecil permukaan. Kami menghimbau kepada masyarakat, kalau ada bibit eceng gondok segera dibersihkan. Sehingga fenomena ini tidak meluas dan memperparah kondisi Bengawan Solo. Blooming eceng gondok tahun ini terparah,” tutur Rizal Zubad F.,
perwakilan IDFoS Indonesia.
Sementara itu, Kepala Desa Malo, Sujito, mengucapkan terima kasih kepada Unigoro dan seluruh pihak yang menginisiasi serta membantu proses pembersihan eceng gondok. “Sangat luar biasa dan bagus. Harapannya jangan sampai terjadi lagi blooming eceng gondok. Sekaligus kita bisa mencari solusi, kira-kira eceng gondok ini bisa dimanfaatkan untuk apa saja,” ucapnya. (din/Lis/Red)