Reporter : Lina Nur Hidayah
SuaraBojonegoro.com – Tradisi lebaran ketupat menjadi rangkaian perayaan hari raya Idhul Fitri yang dilaksanakan pada tanggal 8 Syawal atau seminggu setelah lebaran. Lebaran ketupat menjadi saat yang ditunggu-tunggu bagi umat Islam karena memiliki makna tersendiri dari lebaran tersebut. Dilansir dari NU online, tradisi ini bukan sekedar perayaan kuliner melainkan syarat makna simbolis yang memiliki nilai spiritual.
Budaya ini diyakini berakar dari dakwah salah satu Wali Songo, yaitu Sunan Kalijaga. Beliau menggunakan ketupat sebagai media dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam sekaligus memanfaatkan tradisi lokal yang dikenal masyarakat. Minggu (06/04/2025).
Disisi lain, menurut Moh.Fakhruddin atau Gus Ud cucu pendiri NU Bojonegoro memaparkan bahwa lebaran ketupat memiliki 6 makna, yang pertama laku lepat yang berarti empat tindakan utama yakni lebaran, luberan, leburan dan Laburan. Makna kedua permintaan maaf bahwa ketupat melambangkan permintaan maaf dan kesucian setelah menjalankan ibadah puasa bulan Ramadhan, yang ketiga kesucian hati tersimbol dari isi ketupat yang putih bersih menggambarkan kesucian hati setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
“Ketupat juga mengandung filosofi penolak bala, bungkus ketupat terbuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa, kemudian kiblat papat lima pancer yang artinya bentuk segi empat pada ketupat mencerminkan prinsip bahwa kemanapun manusia menuju pasti akan kembali kepada Allah Swt,” Kata Gus Ud.
Tradisi lebaran ketupat juga mengandung makna kemakmuran yang bersimbol dari beras sebagai isi ketupat diharapkan lambang kemakmuran setelah Idhul Fitri. Pada momen lebaran ketupat Umat Islam melakukan doa bersama untuk ahli kubur di Masjid maupun Mushola dengan membawa ketupat beserta sayur.
“Biasanya dilakukan pagi hari di Masjid dan juga Mushola, seluruh warga membawa ketupat dan melaksanakan doa bersama untuk ahli kubur, ” Tambahnya. (Lin/red)