Telah Terbit Novel Berlatar Desa Daerah Migas

SuaraBojonegoro.com – Setelah mengendap hampir empat tahun akhirnya novel berjudul “Kembali ke Desa” terbit. Novel yang ditulis mantan wartawan Bojonegoro ini mulai ditulis sejak tahun 2012 dengan riset di desa-desa yang masuk kawasan terdampak proyek Migas.

Novel dengan ketebatalan 500 halaman dicetak dengan kertas bookpaper ini mulai ditulis saat masih aktif mejadi wartawan televisi lokal Jawa Timur. Tapi saat masa penulisan novel itu sempat berhenti karena kesibukan dalam bekerja dan kekurangan data riil di masyarakat terdampak Migas. Hingga dua tahun lebih novel tersebut hanya selesai ditulis sebanyak tiga bab.

Pada tahun 2014 akhir setelah namanya masuk dalam daftar PHK massal tv lokal Jawa Timur, Didik Wahyudi meneruskan menulis novel yang sempat mangkrak. Novel akhirnya selesai ditulis pada awal tahun 2015 dan baru diterbitkan tahun ini di bulan September.

Baca Juga:  PKD Bojonegoro Hari ke Empat, Buka Ruang Ekspresi

Uniknya untuk merampungkan penulisan novel sempat menyewa tempat kost selama satu bulan untuk menulis. Pagi berangkat ke tempat kost untuk menulis, sore hari pulang ke rumah layaknya seorang yang berangkat kerja, tapi saat itu penulis sedang tak punya pekerjaan selepas di PHK.

“Inilah perjalanan novel perdana yang banyak lika-likunya dan rampung saya tulis saat ndak ada pekerjaan. Semoga dengan terbitnya novel ini bisa menambah bahan bacaam bagi semua terutama soal kondisi sosial desa-desa daerah migas,” ungkap Didik Wahyudi yag kini bekerja sebagai Pendamping Ahli Pemberdayaan Ekonomi Desa di Kabupaten Lamongan.

Novel dengan judul Kembali ke Desa ini diterbitkan oleh penerbitan lokal Bojonegoro yang sudah berpengalaman bertahun-tahun dengan dana swadaya. Sampul novel digarap oleh Oky Dwi Cahyo, pelaku seni tradisional sandur yang menyumbangkan karya lukisannya untuk sampul.

Baca Juga:  Pembukaan Pekan Kebudayaan Daerah Berlangsung di Tiga Titik

“Saya bangga bisa bekerja sama menggarap novel ini yang jumlah halamannya untuk pertama kalinya terbanyak se-Bojonegoro dengan penggarapan yang serius dan riset yang mendalam. Novel dengan ukuran 14×21 centimeter ini saya jamin pasti seru membacanya denga alur cerita yang keren,” ungkap Oky Dwi Cahyo yang juga pemimpin kesenian tradisional Sandur. (**)