Tamam Syaifuddin : Perbedaan 1 Syawal Adalah Momentum Mendewasakan Umat Islam

Reporter : Bima Rahmat

SuaraBojonegoro.com – Idul Fitri merupakan hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan. Setiap tahun, penentuan 1 Syawal sebagai tanda Hari Raya Idul Fitri dilakukan Pemerintah Indonesia dengan sidang isbat. Mengenai penetapan Ramadan atau perayaan Idul Fitri, umat Islam kerap tidak kompak. Di Indonesia, sudah menjadi maklum apabila umat Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah merayakan Hari Raya Idul Fitri pada hari yang berbeda. Sabtu (22/04/23).

Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bojonegoro, Tamam Syaifuddin, menjelaskan jika perbedaan ini adalah momentum bagi umat Islam terlebih menjelang tahun politik.

“Pasti akan mengalami dinamika perbedaan. Tetapi harus dalam koridor kebersamaan. perbedaan hari ini bagian dari pembelajaran bagi umat Islam dan rakyat Indonesia yang harus siap hidup bersama dalam perbedaan dan berbeda dalam kebersamaan,” katanya.

Baca Juga:  PEMAHAMAN IDUL FITRI DAN TUNTUNAN SHOLAT IDUL FITRI

Perbedaan ini, lanjutnya, merupakan kodrat dan irodratnya Allah SWT untuk memberikan pelajaran bagi umat Islam secara umum dan warga Indonesia pada khususnya.

“Perbedaan (hari raya.red) itu di jaman sahabat dan tabiin sampai ke jaman ulama,” ujarnya.

Dalam kesempatan ini pria yang akrab disapa Pak Tamam, ini menuturkan jika yang terpenting bukanlah di materi perbedaannya, karena di dalam Islam sudah dikenalkan ada imam 4.

“Antara guru dan murid itu bisa tidak sama. Itu pelajaran juga. Perbedaan itu untuk mendewasakan umat Islam,” jelasnya.

Selain itu dirinya menuturkan jika metode hilal dan hisab untuk menentukan 1 Syawal, mempunyai dasar masing-masing.

“Kalau mau berebut perbedaannya tidak akan selesai tapi berebut lah kebersamaan,” pungkasnya. (Bim/red).