Reporter : Ciprut Laela
SuaraBojonegoro.com – Dalam Hari Ulang Tahun (HUT) Proklamasi Kemerdekaan yang ke 76 tahun ini Indonesia ditengarai semakin krisis pendidikan pada sebagian masa depan anak-anak di rasa semakin kelam, hal ini belum ada titik terang dalam pembelajaran akibat Pandemi Covid 19.
Lingkungan sekolah yang merupakan salah satu tempat pembentukan karakter yang baik, dan disiplin bagi anak-anak penerus bangsa kini menjadi tempat yang asing bagi anak-anak, dikarenakan libur yang cukup panjang dengan di ganti dengan pembelajaran secara daring di rumah.
Salah satu orang tua yang juga berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah swasta Di kabupaten Bojonegoro ini mengeluh secara terbuka dan menangis terisak melihat sekolah yang tak kunjung menjalankan tatap muka.
Binti Fuadiyah mengungkapkan, bahwa semenjak pademi Covid 19 dua tahun ini kegiatan belajar mengajar secara tatap muka menjadi terhenti dan di ganti dengan pembelajaran secara daring, pembelajaran secara daring ini ternyata sangat berdampak buruk pada siswa terutama pada karakter dan perilaku anak didik.
“Pembelajaran daring yang hanya di lakukan secara beberapa jam saja ini membuat anak didik menjadi semakin banyak waktu luang untuk bermain, dalam banyaknya waktu bermain anak ini menjadi dampak buruk bagi anak-anak, karna karakter anak dan perilaku cara bicara, dalam sholat dan shopan santunnya kepada orang tua serta cara bicaranya sangat berubah total,” Tuturnya, Jum’at (13/8/021).
Dirinya juga menyebutkan Selama dirinya menjadi guru dan orang tua di tumah, sangat jarang sekali saya menemui siswa yang berkata kasar bahkan jelek kepada temannya, namun Adanya Pandemi Covid dan tidak adanya pembelajaran tatap muka, beberapa dari mereka juga ada yang berani melawan perintah dari guru. Sebagai pendidik kejadian tersebut membuatnya sangat terpukul, karena menurutnya kedisiplinan dan ketertiban yang sudah ditanamkan sejak masuk sekolah hilang begitu saja.
“Kalau sekolah tatap muka dulu anak bisa disiplin, berangkat pagi, sholat dhuha tanpa paksaan, bicara kasar, hormat kepada orang tua dan sebagainya karena pendidikan karakter ini perlu pembiasaan,” jelasnya.
Lebih lagi, banyak orang tua atau wali murid yang mengeluh bahwa anaknya sudah mulai susah di atur, berani membantah bahkan melakukan sholat dalam 5 waktu. Pihak orang tua tidak bisa mengawasi selama 24 jam karna mereka pun sibuk dalam bekerja. Menurutnya mengembalikan karakter generasi penerus bukan hal yang mudah dilakukan, perlu usaha ekstra dari pendidik selain itu juga perlu kesabaran dan pembiasaan. Tandas Binti kepada media siber suarabojonegoro.com.
Sementara itu disisi lain Murtini ibu rumah tangga menjelaskan, bahwa memang betul sekali saat ini yang terjadi pada anaknya sendiri sangat susah di atur, bahkan dalam bicara saja dengan saya berani membantah dan membentak.
“Saya sangat sedih betapa mirisnya didikan saya, dan para guru di sekolah bisa lupa dan tak lagi di inggat. Apalagi sekarang ada game jaman mulai canggih, anak-anak menjadi lupa beribadah, mengaji dan kadang sampai lupa pulang karna sibuk dalam bermain. Mau sampai kapan seperti ini, kapan sekolah di ijinkan untuk melakukan tatap muka, karna saya berharap anak saya kembali seperti dulu lagi,” Ungkapnya sambil menangis dalam kesedihan. (Prut/Red)