SuaraBojonegoro.com – Pasar industri kreatif di Bojonegoro, terutama bagi para pelaku industri musik, filmmaker dan lainnya, dirasakan oleh banyak pihak masih belum menemukan kondisi ideal. Mereka pun terus memacu diri; bereksperimen, membuat terobosan-terobosan, hingga memperluas jaringan, agar industri kreatif di kabupaten yang terkenal dengan sebutan “Kota Ledre” ini makin terbentuk ‘pangsa pasar’-nya.
Halil Wibowo, pimpinan Akart Creative, sebuah komunitas industri kreatif di Bojonegoro yang bergerak di bidang jasa audio dan visual, mengatakan bahwa, untuk membentuk iklim industri kreatif di kota Ledre ini masih diperlukan upaya-upaya serius, termasuk membangun sinergi dan kolaborasi para pelaku industri kreatif.
“Sebenarnya di Bojonegoro ini banyak anak-anak muda, pelaku industri kreatif yang punya talenta atau potensi besar di bidang musik, filmmaker, kreatif dekorasi maupun bidang kreatif lainnya, namun potensi tersebut belum tergarap dengan serius,” kata Halil, panggilan akrabnya.
Berangkat dari permasalahan dan tantangan di daerah ini, akhirnya melahirkan ide bersama dari para pelaku industri kreatif untuk membangun sinergi dan kolaborasi. Salah satu bentuknya dengan membuat kegiatan bersama dengan topik, “Sound of Record”. Yakni sebuah wahana kolaborasi para pelaku industri kreatif di Bojonegoro, yang disediakan untuk para pelaku musik dalam mengeksplorasi karya dalam bentuk acara “Live record”.
Live Record di sini adalah para kelompok musik melakukan live perform, lalu direkam (record) untuk dipromosikan dan dipublikasikan melalui kanal YouTube dan platform digital lainnya.
Radinal Ramadana, salah seorang perwakilan dari media konten kreatif, Jurnaba, menuturkan, jik kegiatan “Sound of Record” merupakan suatu bentuk kegiatan kolaborasi para pelaku industri keratif di Bojonegoro, diantaranya komunitas Akart Creative, Jurnaba, Sayap Jendela, Ndalem Lerem, Kopi Tani, FM (FrontMan) Organizer dan lainnya yang memberikan dukungan secara perorangan.
“Harapan dari kolaborasi ini, agar kita, para pelaku industri kreatif di Bojonegoro, dapat saling bekerjasama, membangun dan memajukan dunia industri kreatif, khususnya bidang audio dan visual, seperti musik, film, konten kreatif, artistik dekorasi dan lainnya,” tutur Radinal.
Sementara itu, Aji Adma Winarko, pemilik Ndalem Lerem – sebuah wadah yang menyediakan beberapa fasilitas, seperti tempat, ‘knowladge management’ dan lainnya untuk membantu dan memudahkan para pelaku industri kreatif mengeksplorasi karya atau kreativitas – yang memfasilitasi acara Live Record, sangat mengapresiasi atas terwujudnya kegiatan kolaborasi antar pelaku industri kreatif tersebut.
“Ndalem Lerem merupakan Artspace (tempat atau ruang kreasi) yang dibangun untuk memfasilitasi para pelaku seni dan industri kreatif, yang selama ini mungkin terkendala oleh, misalnya tempat, peralatan atau lainnya,” kata Aji, panggilannya.
Sebagai informasi, kegiatan Sound of Record akan dilaksanakan secara bertahap. Untuk kegiatan Sound of Record #1 (episode pertama), yang dilaksanakan pada penghujung tahun 2021 ini, digelar untuk kelompok ‘musik folk’ di Bojonegoro.
“Kelompok musik yang berpartispasi dalam Sound of Record #1 (episode pertama) ini, ada dari kelompok musik Thuthak Thuthuk Gathuk (TTG), Brian Armando dan kelompok musik Samasta,” jelas Fakhrudin Zamrony atau biasa dipanggil Rony, pimpinan FM (Front Man) Organizer.
Roni sangat optimis, dengan adanya kerja-kerja kolaborasi antar para pelaku seni dan industri kreatif, sebagaimana dalam pelaksanaan acara Sound of Record ini, perkembangan industri kreatif yang meliputi bidang industri musik, filmmaker, kreatif dekorasi, konten kreatif dan jasa-jasa di bidang industri kreatif seperti event organizer dan lainnya semakin berkembang dan terbentuk pangsa pasarnya.
Senada dengan Roni, pemilik Kopi Tani, Dwi Puguh Putra pun optimis, dengan adanya sinergi dan kolaborasi antar pelaku industri kreatif, maka industri kreatif di Bojonegoro bakal berkembang pesat, semakin dikenal masyarakat luas.
Puguh, panggilan akrabnya, merupakan pelaku seni rupa di Bojonegoro, sudah berpengalaman dan sering terlibat sebagai kru penata artistik beberapa film di Indonesia. Dalam acara Live Record ini, ia memberikan sumbangsih keahliannya berupa penataan artistik, mulai dari ‘lighting’ (tata lampu/pencahayaan) hingga dekorasi untuk tempat para kelompok musik melakukan live perform (pertunjukan langsung).
“Saya sangat senang sekali, kegiatan kolaborasi antar pelaku industri kreatif di Bojonegoro bisa terwujud, semoga ini bisa membawa kita dalam meraih harapan dan mimpi-mimpi kita semua; dunia industri kreatif di Bojonegoro semakin berkembang, semakin cerah, semakin dikenal masyarakat luas,” harapnya. (Red/Lis)