Reporter : Putut Sugiarto
SuaraBojonegoro.com – Sudah saru tahun jembatan penghubung di Desa Turi, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro putus. Hal tersebut, membuat warga setempat nekat menerobos sungai yang berada di bawah jembatan tersebut, karena tak memungkinkan untuk putar lewat jalur alternatif.
Kepala Desa Turi, Riyadi mengungkapkan, hingga saat ini belum ada tindak lanjut dari dinas terkait. Padahal, kabarnya jembatan tersebut, telah masuk dalam Bantuan Keuangan Khusus Desa (BKKD) P-APBD 2023.
“Dulu dapat info, masuk BKKD P-APBD 2023, tetapi sampai sekarang belum ada info dan juga tindak lanjutnya lagi,” ungkap Riyadi, Rabu (29/11/2023).
Riyadi mengaku sempat malu, lantaran sering dituntut warga setempat untuk segera merealisasikan jembatan yang sebelumnya ambruk karena terseret arus sungai itu. Apalagi, jembatan tersebut menjadi satu-satunya akses terdekat warga, karena jika melalui jalur alternatif hingga 2 kilometer, itupun hanya jalan setapak milik Perhutani.
“Saya pribadi sampai malu sama warga sekitar, karena belum dapat terealisasi. Ada sekitar 2 kilometer lebih (jalur alternatif) itupun jalan setapak milik perhutani,” ujarnya.
Jika musim panas, lanjut Riyadi, warga masih bisa melewati sungai tersebut, lantaran sungainya kering. Namun, jika memasuki musim penghujan, warga sudah tak bisa melintas. Bahkan mirisnya, para warga yang sakit atau meninggal harus ditandu untuk melewati arus sungai.
“Kalau musim hujan, airnya penuh dan arusnya juga deras, kalau misal lewat jalan alternatif lewat muter ke desa tetangga wilayah Desa Nglampin, Kecamatan Ngambon,” pungkasnya.
Perlu diketahui, jembatan tersebut, merupakan satu-satunya akses warga Dukuh Jagiran RT 18. Jembatan yang memiliki panjang 25 meter dengan lebar 4 meter itu putus pada 4 November 2022 lalu. Akibatnya terdapat 27 kartu keluarga (KK) di Dukuh Jagiran yang terisolir karena putusnya jembatan itu. (Red/Put)
