Oleh : Ramon Pareno
SuaraBojonegoro.com – Jelang awal masa jabatan Pj Bupati Bojonegoro, seperti halnya yang disampaikan oleh sejumlah kalangan mengenai harapannya, demikian pula sejumlah seniman yang selama ini menunggu komitmen dari pemangku kesenian di Bojonegoro yang sebelumnya menjadi atensi dari Bupati Bojonegoro mengenai fasilitasi bidang kesenian. Masih tetap pada harapan, mimpi dan janji secara verbal yang pernah dinyatakan di depan forum, baik itu oleh Bupati Bojonegoro di masa kepemimpinan Suyoto ataupun saat jabatan Bupati dipegang oleh Anna Muawanah.
Di bidang kesenian, keduanya memiliki janji ataupun atensi yang sama dan sudah memberikan arahan langsung kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, yakni soal kebutuhan akan organisasi kesenian formal beserta kegiatannya serta tempat yang layak sehingga Bojonegoro dapat dirintis menjadi sebuah laboratorium kesenian bertingkat nasional. Entah, yang jelas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro belum mampu mewujudkan janji dan atensi selama hampir dua dasawarsa. Padahal sudah beberapa kali Kepala Dinas berganti, namun belum juga mampu. Barangkali masalahnya bukan di tingkat Kepala Dinas, melainkan mereka di tingkat yang lebih rendah lagi, sengaja ataupun tak sengaja.
Saya setuju dengan pernyataan melanjutkan yang sudah baik dan memperbaiki serta melengkapi hal-hal yang kurang baik. Itu juga dipraktikkan oleh Bupati Anna di bidang kesenian, bila kita mengingat kembali bagaimana Kang Yoto mencipta lagu, membangkitkan industri batik, hingga menggelar pertunjukkan ketoprak yang dirinya ikut menjadi pemerannya. Aktifitas kesenian inipun dilakukan oleh Bupati Anna. Kang Yoto juga sempat menyambut mimpi seniman untuk memiliki gedung kesenian, pun dilanjutkan oleh atensi dari Bupati Anna.
Diksi berikut ini sering digunakan: Dengan kemampuan anggaran yang demikian hebat, seharusnya mudah mewujudkan gedung kesenian. Hanya soal kemampuan dari stakeholder, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Sekali lagi perlu ditelisik lebih dalam, bagaimana penganggaran di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro dikelola, sehingga selama dua dasa warsa tak juga dapat mewujudkan janji dan atensi pimpinannya. Apakah cukup helat pertunjukkan sekilas ? Yang konon menggerakkan ekonomi rakyat.
Bila memang demikian, bukankah dengan keberadaan fasilitas kesenian secara permanen akan terus menggerakkan perekonomian ? Kami telah melakukan uji coba dan ternyata sebuah tempat kesenian dengan aktifitasnya merupakan sebuah kebutuhan publik, dimana tingkat kunjungannya mencapai ribuan selama helatnya secara terus menerus. Baik itu pengunjung dari dalam kabupaten, maupun rombongan dari kabupaten lain. Sekali lagi, entah apa yang menghalangi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, sementara kesenian telah menjadi janji dan atensi dari Bupati.
Semoga Pj Bupati Bojonegoro dapat menjalankan roda pemerintahan dengan gembira ria lalu menularkan kegembiraan tersebut, baik secara langsung ataupun melalui aktifitas para seniman. Ada idiom menarik yang perlu saya bagikan, konon ini nasehat dari Ki Lurah Semar: “Yen kowe oleh pemimpin sing bagus, dadekno panutan. Yen olehmu pemimpin sing kurang bagus, ewangono ben bagus” (***)
Penulis adalah:
Penulis adalah Ketua Umum ct Dewan Kesenian Bojonegoro