Sebelum Plesungan Bernama Burwandupurwo, Ini Sejarahnya

SUARABOJONEGORO.COM – Burwandupurwo adalah nama sebelum menjadi Desa Plesungan, yang mana Desa tersebut merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro. Ki Wardan Guna Garita Wibisana, salah satu sesepuh Desa Plesungan yang sekaligus seorang dalang menyatakan bahwa saat masih bernama Burwandupurwo, Kabupaten Bojonegoro masih belum ada. Jumat (10/08/18).

“Waktu itu yang ada Burwandupurwo, Kenur yang sekarang menjadi Kanor, Asem Kasepto yang sekarang menjadi Ngasem, Hurino, itu nama Desa. Di namakan Kerajan ya belum karena waktu masih hutan lebat,” katanya saat ditemui suarabojonegoro.com seusai memimpin prosesi sedekah bumi.

Adanya empat Dusun tersebut, lanjutnya untuk mengumpulkan warga hanya mengunakan lesung yang dipubul. Yang mana suara pukulan lesung tersebut terdengar di empat Desa.

“Jadi Plesungan itu Desa yang paling tua disini,” ujarnya.

Dengan berjalannya waktu, Kabupaten Tuban dibuka oleh Pangeran Pojok yang mana Pangeran Pojok tersebut berasal dari Kerajaan Mataram. Sedangkan Aryo Demalem, yang mana sebagai Adipati lolos dan lari ke Bawean, Kabupaten Gersik. Dan setelah dirasa aman Aryo Dalem datang ke Rajekwesi.

“Kemudian lewat dan berhenti disini (Desa Plesungan.red) dan mencari tempat yang aman, suci. Dan kalau berwudhu itu di sumur gede yang terletak di Desa Mojodeso,” jelasnya.

Adapun tempat yang dipergunakan untuk Sholat tersebut terletak diperbatasan antara Desa Mojodeso dan Desa Plesungan yang mana tempat tersebut merupakan tanah Mardiko atau tanah yang merdeka. Yang artinya tanah tersebut adalah milik antara Desa Mojodeso dan Desa Plesungan.

“Disebut Padepokan Sekatok itu berawal saat beliau (Mbah Santiko.red) yang merupakan Punggawa dari Adipati Aryo Dalem sedang Sholat, ada pembrontakan di jaman Mataram. Disaat ada pembrontakan tersebut beliau mukso (hilang.red) dan yang tertinggal adalah katok (celana.red) makanya disebebut Padepokan Sekatok,” ucapnya.

Untuk menjaga kesucian Padepokan Sekatok tersebut masyarakat sekitar melarang wanita yang sedang datang bulan untuk masuk ke area petilasan. Tidak hanya itu saja dalam area Petilasan tersebut juga dilarang mengenakan alas kaki.

Secara tidak langsung, lanjutnya Mbah Santiko, merupakan cikal bakal atau asal usul Bojonegoro yang dulunya hanya empat Desa dan Desa Plesungan adalah Desa yang tertua.

“Kalau Kapas itu peperangan antara Tandes dan Rajekwesi, kalau diceritakan panjang. Diberi nama Kapas itu maksutnya karepe wis pas (maksutnya sudah pas.red).

Yang mana dalam peperangan tersebut dari arah Selatan para prajurit berlompatan seperti kera (ketek) yang sekarang menjadi Dukuhan Kali Ketek, dan ada yang berhenti di pohon Pohagung yang sekarang menjadi Pohagung.

“Sampai ada Campurjo, Sabentoro, dan panjang itu ceritanya,” pungkas pria 68 tahun ini. (Bim/red).

Reporter : Bima Rahmat