RIYA’ VERSUS IKHLAS (bagian ke satu)

Oleh : H. Sholikhin Jamik

SuaraBojonegoro.com – Dalam kajian tulisan diatas orang yang mati syahid, hafidz Quran dan dermawan nanti di yaumul qisab justru pertama kali dilempar ke neraka karena ketika berbuat di dunia bukan karena Allah SWT tapi dalam hatinya yang muncul adalah sikap riya’. Agar kita terhindar dari sikap riya’, maka Dalam tulisan ini akan dibahas tentang definisi riya’, sebab-sebabnya, macamnya, bahayanya dan beberapa hal yang tidak termasuk riya’ serta obat penyakit riya’. Mudah-mudahan penulis dan pembaca bisa terhidar dari perbuatan riya’
Secara lughah (bahasa), riya’ الرِّيَاءُ adalah mashdar dari kata :
رَاءَى
– يُرَاءِى
– رِءَاءً
وَ رِيَاءًا
(رَاءَاهُ )
مُرَاءَاةً
Berarti : “Ia memperlihatkan bahwasanya ia orang baik, padahal hatinya tidak demikian. Artinya, apa yang nampak berbeda dengan apa yang sebenarnya ada padanya”
Sedangkan secara istilah syar’i, para ulama berbeda pendapat dalam memberikan definisi riya’. Tetapi intinya sama, yaitu
أَ“Seorang melakukan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi ia melakukan bukan karena Allah melainkan karena tujuan dunia”
Al Qurthubi mengatakan :
حَقِيْقَةُ الرِّيَاءِ طَلَبُ مَا فِيْ الدُّنْيَا بِالْعِبَادَةِ ، وَ أَصْلُهُ طَلَبُ الْمَنْزِلَةِ فِيْ قُلُوْبِ النَّاسِ
(Hakikat riya’ adalah mencari apa yang ada di dunia dengan ibadah dan pada asalnya adalah mencari posisi tempat di hati manusia)
Jadi riya’ adalah melakukan ibadah untuk mencari perhatian manusia sehingga mereka memuji pelakunya dan ia mengharap pengagungan dan pujian serta penghormatan dari orang yang melihatnya.

Baca Juga:  Akibat Hamil Dulu Menjadi Catatan Banyaknya Anak Dibawah Umur Ajukan Nikah di PA Bojonegoro

PERBEDAAN RIYA’ DAN SUM’AH
Imam Bukhari di dalam Shahih-nya membuat bab Ar Riya’ was Sum’ah dengan membawakan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ .
وَمَنْ يُرَائِيْ يُرَائِي اللهُ بِهِ

“Barangsiapa memperdengarkan (menyiarkan) amalnya, maka Allah akan menyiarkan aibnya, dan barangsiapa beramal karena riya’, maka Allah akan membuka niatnya (di hadapan orang banyak pada hari Kiamat)”. [HR Bukhari no. 6499 dan Muslim no. 2987 dari sahabat Jundub bin Abdillah]. Perbedaan riya’ dan sum’ah ialah, riya’ berarti beramal karena diperlihatkan kepada orang lain. Sedangkan sum’ah ialah, beramal supaya diperdengarkan kepada orang lain. Riya’ berkaitan dengan indera mata, sedangkan sum’ah berkaitan dengan indera telinga.
PERBEDAAN ANTARA RIYA’ DAN ‘UJUB
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat th. 728 H) mengatakan : “Seringkali orang menghubungkan antara riya’ dan ‘ujub. Padahal riya’ merupakan perbuatan syirik kepada Allah karena makhluk, sedangkan ‘ujub adalah syirik kepada Allah karena nafsu”

Baca Juga:  Puasa Arafah 2023 Tak Perlu Bingung, Ini Patokan Waktunya

Imam Nawawi rahimahullah (wafat th. 676 H) berkata : “Ketahuilah, bahwa keikhlasan niat terkadang dihalangi oleh penyakit ‘ujub. Barangsiapa berlaku ‘ujub (mengagumi) amalnya sendiri, maka akan terhapus amalnya. Demikian juga orang yang sombong”
‘Ujub, menurut bahasa berarti kekaguman, kesombongan atau kebanggaan. Yaitu seorang bangga dengan dirinya atau pendapatnya. Orang yang berlaku ‘ujub adalah orang yang tertipu dengan dirinya, ibadahnya dan ketaatannya. Ia tidak mewujudkan makna إِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (hanya kepadaMu ya Allah, kami mohon pertolongan). Sedangkan orang yang berlaku riya’ tidak mewujudkan makna إِيَّاكَ نَعْبُدُ (hanya kepada Engkau ya Allah, kami beribadah).

Apabila seseorang sudah mewujudkan makna  ِيَّاكَ نَعْبُدُ وَ إِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ , maka akan hilang darinya penyakit riya’ dan ‘ujub
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ :
هَوًى مُتَّبَعٌ
، وَشُحٌّ مُطَاعٌ ،
وَ إِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga perkara yang membinasakan, yaitu hawa nafsu yang dituruti, kebakhilan (kikir) yang ditaati dan kebanggaan seseorang terhadap dirinya”. [HR Abu Syaikh dan Thabrani dalam Mu’jam Ausath. Lihat Shahih Jami’ush Shaghiir no. 3039 dan Silsilah Ahaadits ash-Shahiihah no. 1802] (bersambung)

*)Penulis : Dosen STIKES Muhammadiyah Bojonegoro Jatim.