SuaraBojonegoro.com – Mulai Senin (14/08) ribuan burung kertas yang datang dari berbagai kalangan akan mulai dirangkai menjadi seni instalasi penghias kawasan pertokoan Kompleks Taman Rajekwesi. Menyusul kegiatan dalam rangka ikut memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 78 kemerdekaan Republik Indonesia yang digelar oleh (ct) Dewan Kesenian Bojonegoro.
“Konsepnya adalah interaktif, yakni yang membuat obyek dan yang merangkainya adalah berbeda. Lalu dinikmati bersama-sama,” kata Eko Peye, selaku Komite Seni Rupa yang menjadi pelaksana kegiatan tersebut.
Hingga hari ini, telah terkumpul tak kurang dari 8.000 ekor burung kertas yang dibuat menggunakan teknik seni lipat dengan berbagai ukuran dan akan terus bertambah. Semua karya tersebut akan digantung, sehingga menyerupai burung yang sedang terbang di atap-atap lokasi perangkaiannya. Tak hanya sekedar karya kertas lipat, ternyata para peserta juga tak sedikit yang menuliskan pesan-pesan dan harapan di sayap ribuan burung tersebut. “Perkiraan akan mencapai 10 ribu, karena yang lainnya masih dalam proses,” tambahnya.
Sengaja memilih bentuk burung, karena burung mempunyai visual yang mendekati dengan sejumlah hal. Diantaranya adalah visualisasi sederhana dari lambang negara, burung garuda. Yang tepat dikaitkan dengan momentum bulan agustus yang erat kaitannya dengan nasionalisme. Selain itu, burung juga dikenal dalam kisah ababil, yang mengisahkan mengenai peristiwa musnahnya pasukan gajah sebagai simbol kemenangan. “Kebetulan juga di Kabupaten Bojonegoro ini mempunyai ikon budaya berupa burung meliwis, jadi juga dapat diartikan sebagai visualisasi dari simbol kesenian tradisi, selain juga representasi dari simbol perdamaian bila dikaitkan dengan momen jelang Pemilu,” pungkasnya.
Sebaagai bentuk apresiasi dan penghargaan kepada yang terlibat, pihak pelaksana juga telah mendaftarkan diri agar kegiatan tersebut dicatat sebagai rekor Bojonegoro. Dalam jadwalnya, seluruh burung akan terpasang pada Tanggal 19 Agustus mendatang. Sekaligus akan ditampilkan berbagai pertunjukkan kesenian sebagai pembukanya. “Ada penampil lokal Bojinegoro dan beberapa penampil dari teman-teman luar kota, seperti Nganjuk dan Tuban. Sederhana asal meriah, ini konsepnya seperti perayaan agustus yang meriah di kampung-kampung,” tambah Ramon Pareno, selaku Ketua Umum (ct) Dewan Kesenian Bojonegoro. (Red/Lis)