SUARABOJONEGORO.COM – Puluhan Petani dan Taruna Tani Desa Gayam, Mojodelik, Bonorejo dan Brabowan siang hari ini mengikuti Evaluasi Sekolah Lapang Pertanian (SLP) di Balai Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jumat (6/7/2018).
Evaluasi tersebut, diselenggarakan Exxon Mobile Cepu Limited (EMCL) bekerjasama dengan Yayasan Suyitno, yang membawahi Pendidikan Universitas Unigoro (Unigoro).
Selain dihadiri puluhan peserta SLP, dihadiri pula oleh Djupari selaku Kepala Dinas Pertanian Kabupatrn bojonegoro, Pudji selaku Unit Pelayanan (UPT) Pertanian Kecamatan Gayam, Nurul Azizah selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro, serta Berta selaku Humas EMCL
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro, Djupari dapam sambutannya menuturkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara agraris, akan tetapi minat rakyat Indonesia sampai saat ini minim minat untuk menjadi Petani. Maka dirnya menyambut baik program yang diselenggarakan oleh EMCL dan Unigoro ini.
“Semoga kegiatan pendampingan pertanian ini terus dapat berkelanjutan,” katanya.
Selain itu dirinya mengungkapkan bahwa jika hasil pertanian di Kabupaten Bojonegoro tahun ini mengalami penigkatan dibanding dengan tahun yang lalu khususnya pada tanaman padi.
Sementara itu Arief Januarso, selaku Manager Program SLP II, menyatakan bahwa dengan adanya program pendampingan petani ini diharapkan dapat menigkatkan hubungan yang baik antara masyarakat disekitar produksi minyak juga untuk memberdayakan petani dan taruna tani.
Meneger program SLP ke 2 Arif Januarso dalam laporannya menjelaskan, dengan adanya program SLP ke 2 untuk meningkatkan hubungan yang baik antara EMCL dengan masyarakat dan masyarakat diberdayakan dengan cara program SLP ke 2, sedangkan sasaran Program SLP ini untuk memberdayakan petani dan taruna tani.
“Dengan adanya kegiatan ini petani dan taruna tani bisa menjadi pemuda yang lebih kreatif dan inovatif.bisa menjawab tantangan kedepan,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Pak Ayik, ini menjelaskan jika target SLP II ini adalah pada penurunan biaya produksi, yakni jika sebelimnya para petani memerlukan biaya produksi sebesar Rp2 juta maka kini para petani hanya membutuhkan biaya produksi sebesar Rp1,7 juta.
“Serta ada kenaikan hasil produksi pertanian dengan menggunakan pupuk organik,” tambahnya.
Dikesempatan yang sama Beta, perwakilan dari EMCL menyatakan bahwa SLP II bekerjasama dengan Unigoro ini merupakan program EMCL. Diharapkan dengan program SLP ini dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat khususnya diwilayah operasinya prusahaan EMCL. Dengan digelarnya program SLP II ini Beta berharap kepada taruna tani dapat lebih berkembang serta menigkatkan hasil pertaniannya.
“Agar bisa berkembang yang dibutuhkan adalah intensifikasi walau lahan pertanian saat ini berkurang, salah satu caranya dengan memanfaatkan pupuk organik dan pola tanam yang pas,” jelasnya.
Selain itu, dirinya menekankan kepada para petani agar menerapkan semua strategi dan aturan dalam bertani serta rutinitas cara bertani. Walaupun ada kekerugan namin hal tersebut dapat menjadi bahan efaluasi sehingga kedepannya menjadi lebih baik. Sehingga para petani dapat mencari peluang yang dapat mebguntungkan para petani walaupun dengan lahan yang sempit.
“Alhamdulillah EMCL bisa kerja sama dengan Unigoro yang telah profesional didalam bidang ini yakni untuk melakukan program SLP 2 ini,” pungkasnya. (lis)