Oleh : Ahmad Supriyanto, S.Pd,MH*
SuaraBojonegoro.com – Ibadah Puasa bagi seorang muslim mengajarkan untuk berempati kepada fakir miskin dan kaum lemah. Dengan berpuasa, orang yang kaya (mampu secara ekonomi) merasakan lapar dan dahaga yang kerap dialami oleh orang orang miskin. Sehingga, output dari puasa adalah dapat mengasah dan membentuk solidaritas sosial. Dalam bulan Ramadhan, 80 persen warga Bojonegoro yang merupakan pemeluk agama Islam secara serentak menjalankan ibadah puasa, sehingga secara simbolik menjadikannya sebagai gerakan sosial yang menyatukan kaum muslim khususnya di Bojonegoro.
Sebagaimana puasa, ibadah-ibadah ritual (mahdhah) lainnya dalam Islam seperti shalat, zakat, dan haji, pada dasarnya juga mengandung dimensi sosial. Hubungan relasional ini merupakan derivasi dari pandangan dunia tauhid (keesaan Tuhan). Prinsip tauhid, yang merupakan inti ajaran Islam, melahirkan berbagai pemahaman kesatuan: masalah yang bersifat individual adalah juga bersifat sosial, yang spiritual sekaligus juga material, dan tindakan keduniawian juga merupakan keagamaan.
Kemiskinan yang ditandai dengan beberapa indicator pendukungnya mulai dari keterbatasan dan rendahnya mutu makanan, perumahan, kesehatan dan pendidikan masyarakat dan lain sebagainya, merupakan fenomena umum dalam dunia Islam. Realitas kemiskinan umat Islam tentunya bertentangan secara diametral dengan cita-cita ideal masyarakat Islam.
Fenomena tersebut tidak terkecuali terjadi juga di Kabupaten Bojonegoro, dengan 80 % lebih penduduk beragama Islam. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 Jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 166.520 jiwa dari sebelumnya sebanyak 161.100 jiwa. Sementara jika dilihat dari persentase ada peningkatan 0,4 persen, dari tahun sebelumnya 12,87% meningkat menjadi 13,27% Artinya jumlah penduduk miskin di Bojonegoro tahun 2021 bertambah sekitar 5 ribu jiwa. Tidak hanya peningkatan angka kemiskinan, tingkat kedalaman (P1) dan keparahan kemiskinan (P2) kemiskinan Bojonegoro pada 2021 juga meningkat. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada tahun 2021 mencapai 1.88, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 1.72. Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan tahun ini mencapai 0.45, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 0.35
Dalam perspektif ekonomi, Ekonom Estonia Ragnar Nurkse dalam teori Lingkaran setan Kemiskinan (Vicious of poverty) mengungkapkan bahwa kemiskinan sebenarnya berpangkal pada rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas menghasilkan pendapatan yang rendah. Dengan pendapatan yang hanya memenuhi kebutuhan konsumsi, tabungan pun menjadi rendah. Tabungan yang rendah menyebabkan investasi juga menjadi rendah yang kemudian mengakibatkan kekurangan modal. Selanjutnya modal yang tidak memadai kembali berdampak pada rendahnya produktivitas. .
Ibadah Puasa bagi kaum Muslimin di bulan Ramadhan, yang merupakan rukun Islam yang ketiga, sebenarnya terkait erat dengan semangat penanggulangan kemiskinan. Rasa empati di kalangan orang-orang yang mampu secara ekonomi terhadap fakir miskin yang terbentuk dari ibadah ini diharapkan diikuti oleh langkah langkah dalam upaya meringankan beban ekonomi fakir miskin, baik yang dilakukan secara individual, kelompok, maupun kelembagaan.
Kemiskinan menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai seorang Muslim, dan menjadi Agenda Prioritas Umat Islam, khususunya warga Bojonegoro saat ini, baik itu secara individu kita sebagai seorang muslim, kelompok, kelembagaan, maupun pemerintahan, mengingat dampak destruktif kemiskinan dalam kehidupan masyarakat semakin luas. Sayangnya masih banyak tokoh agama dan umat yang hanya terpaku pada ibadah-ibadah ritual dan perbedaan-perbedaan internal yang bersifat furu’iyah, masih banyak Pejabat pemerintah yang hanya terfokus saja pada program program pembangunan insfrastruktur yang profit oriented. Bulan Ramadhan harusnya bisa menjadi momentum bagi kita untuk bertindak nyata memanifestasikan nilai-nilai sosial ajaran Islam.
Untuk seluruh pemangku Kebijakan khususnya yang ada di Kabupaten Bojonegoro, yang telah di karunia kekayaan sumber daya alam yang luar biasa oleh Allah SWT, marilah bersatu padu menjadikan Ramadhan kali ini sebagai Momentum, marilah kita jadikan refleksi solidaritas social dari Ibadah Puasa dengan tidak saling menyalahkan satu dengan yang lain, saling instropeksi, terbuka terhadap saran, kritik dan masukan yang konstruktif, dan lebih focus meningkatkan upaya upaya tekhnokratik penanggulangan kemiskinan dan kesejahteraan rakyat meliputi misalnya perwujudan tata kelola pemerintahan yang bersih, penciptaan lapangan kerja, serta pemberdayaan fakir miskin melalui pelatihan-pelatihan kompetensi dan kewirausahaan, kemudahan akses modal, dan lain sebagainya.
wallahua’lam bisshowab….
*)Penulis adalah :
1. Alumni Pondok Pesantren Attanwir Talun-BojonegoroS
2. Sekretaris Fraksi Golkar DPRD Bojonegoro
3. Ketua Komunitas Sedekah Bergerak