Pokja Kebudayaan Rampungkan Rekomendasi Hasil Jagong Budaya

SuaraBojonegoro.com – Setelah sukses menggelar Jagong Budaya 2023, Kelompok Kerja Kebudayaan langsung menggelar rapat guna menyusun rekomendasinya. “Rekomendasi disusun berdasarkan rekam Jagong Budaya 2023 dan data lain yang telah kita kumpulkan sebelumnya. Temanya tetap sama, bagaimana aset kebudayaan di Bojonegoro ini dapat optimal,” kata Wahyu Subakdiono, selaku Ketua Kelompok Kerja Kebudayaan Bojonegoro.

Sedikitnya ada 5 point utama yang menjadi rekomendasinya. “Sebenarnya rekomendasi itu adalah masukan. Yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan. Sekaligus sebagai langkah cepat dalam menjawab keinginan pemerintah, yakni berkaitan dengan sektor pariwisata dan peta kesenian di Bojonegoro. Keduanya adalah sektor yang sangat erat hubungannya dengan kebudayaan,” tambahnya.

Baca Juga:  Meski Digelar Secara Virtual, Jagong Budaya Bentuk Upaya Tingkatkan Ekonomi Kreatif Masyarakat

Pihaknya berkeyakinan, bahwa stakeholder terkait mampu menjalankan 5 rekomendasi tersebut dalam waktu singkat. Baik itu dari sisi regulasi, kesiapan elemen yang dibutuhkan, terlebih mengenai pembiayaannya. “Seperti yang berkali-kali disebutkan, APBD kita besar. Bahkan bukan hanya APBD, Silpa kita juga sangat besar. Ditambah adanya kemungkinan akses pembiayaan lain, saya rasa mampu kok,” pungkasnya.

Sementara itu, Ramon Pareno yang menjadi tim penyusun rekomendasi mengatakan bahwa seluruh poin rekomendasi itu juga mengusung konsep kolaboratif. “Karena kebudayaan itu sifatnya luas, maka ruhnya adalah kolaboratif untuk seluruh unsur kebudayaan. Jadi bukan hanya untuk salah satu unsur saja,” jelas pria yang juga menjadi Ketua (ct) Dewan Kesenian Bojonegoro.

Baca Juga:  Pameran Lukisan "perEMPUan, Moment Kebangkitan Pelukis Perempuan Bojonegoro

Statemen Pj Bupati Bojonegoro, Adriyanto, yang ingin mengetahui peta kesenian di Bojonegoro sedikit mengejutkan pihak Kelompok Kerja Kebudayaan Bojonegoro. Hal ini diartikan bahwa data kesenian di Bojonegoro belum terlalu baik dilakukan. Termasuk pertanyaan-pertanyaan mengenai ikon dan promosi seni dan wisata. “Semoga rekomendasi ini dapat mulai menjawab kebutuhan itu,” pungkasnya. (Red/Pokja)