Petani di Kedungadem Keluhkan Harga Pupuk Yang Dianggap Mahal

Reporter : Sasmito

SuaraBojonegoro.com – Harga pupuk di Wilayah Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro yang ditengarai mahal dan diatas HET (Harga Eceran Tertinggi) dibeberapa kios menjadi kendala dan keresahan tersendiri bagi masyarakat petani, karena merasa membeli pupuk dengan harga mahal. Rabu (29/1/2020).

Salah Satu Petani di Desa Babad, Kecamatan Kedungadem yang Enggan disebutkan namanya, menyatakan bahwa dirinya membeli pupuk dirasa mahal, sehingga hal ini menyebabkan Para petani merasa keberatan dengan harga yang dirasa mahal tersebut.

Dari data dan informasi yang dihimpun media SuaraBojonegoro.com, dari beberapa petani di Desa Babad menyebutkan bahwa harga pupuk di desa tersebut diduga mahal seperti pupuk urea di jual Rp125 ribu sampai Rp140 ribu, dan  jenis SP 36 di jual hingga Rp175 ribu dan pupuk jenis Ponska seharga Rp150 ribu sementara organik sehraga Rp 25 ribu.

Baca Juga:  Batu Pertama Pembangunan Masjid Al-Kautsar dan Bantuan Sumur Bor Untuk Warga Desa Duwel

Sedangkan harga tebus kios adalah untuk harga pupuk Urea Rp86.600, Ponska Rp111.050, SP Rp98.600, organik Rp18.700.
Dan  harga HET kios semestinya adalah Urea Rp90.000, Ponska Rp115.000, SP Rp100.00, organik Rp20.000.

Namun pada kenyataan dilapangan harga pupuk di desa tersebut dirasa sangat mahal dan juga dikeluhkan terdapat kelangkaan pupuk jenis SP 36 hal ini di rasakan petani sejak  memasuki musim tanam, “Disamping mahal ada yang susah dicari yaitu pupuk SP 36,” Ungkap Petani yang lain.

Diungkapakan petani, bahwa saat  ini mereka lagi membutuhkan pupuk, pasalnya tanaman padi yang mereka tanam sudah waktunya dilakukan pemupukan.

Baca Juga:  Waduk Pedang Recommended Alternatif Backpacker Lowbaged

Tinggi dan sulitnya pupuk saat musim tanam padi ini seringkali dikeluhkan ileh masyarakat petani, dan para petani sangat berharap pemerintah memberikan solusi bagi petani terkait persoakan pupuk yang sering dirasakan petani. (Sas/Red)

*) Foto: Ilustrasi