SUARABOJONEGORO.COM – Peserta Pelatihan Menulis Feature/ Story Telling dan Digital Marketing berkesempatan mengunjungi kebun kopi di Desa Umbulharjo, Kecamatan Sleman, Yogjakarta. Kasno, salah satu petani kopi menjelaskan, di kebun kopinya tersebut ia tanam setelah mengungsi dari letusan Merapi tahun 2010 silam. Dirinya tidak tahu pasti mendapatkan bantuan tanaman kopi jenis Kartika ini. Rabu (14/11/18).
“Biji kopi jenis mahal ini berserakan nggak ada yang ngurus. Akhirnya saya bawa pulang dan tanam15 Mei 2011,” katanya.
Kasno, mengaku jika dirinya sudah lama menekuni provesinya sebagai petani kopi. Akan tetapi jenis kopi yang ia tanam sebelumnya jenis kopi Robusa dan Arabika. Menurutnya, antara kopi Robusta dan Arabika dengan kopi Kartika memiliki perbedaan. Memang, dulu dari jenis Robusta, di lahan yang tidak sampai 1 hektar, dirinya bisa memanen hingga 7 kwintal. Namun pemasarannya yang kurang jelas.
“Dulu pemasarannya ada orang tengkulak yang menebas. Namun, sering nggak dibayar, orangnya pergi,” ujarnya.
Pria kelahiran 64 tahun silam ini beruntung mendapatkan biji kopi yang sekarang sudah menjadi 100 pohon di kebunnya. Pasalnya dari pemasaran Kasno tidak perlu repot mencari pembeli, kadang pengunjung gunung merapi yang singgah di tempatnya sering memborong biji kopi dari kebunnya.
“Harganya juga beda, kalau robusta Rp300 ribu per kilogram, jenis kalau kopi Kartika ini bisa Rp400 ribu sudah siap giling. Untuk pemasaran kopi Kartika, sudah sampai ke Australi, Jepang, Malaysia, Singapore,” jelas pria tiga orang anak ini.
Ada 3 cara yang dilakukan Kasno untuk menanam kopi jenis Kartika, yakni cara Natural, Full Wash, dan Black Honey. Pengolahan Natural dilakukan dengan mengupas ceri atau biji kopi merah dan menjemurnya di bawah terik matahari.
“Namun harus biji kopi harus dibolak balim secara berkala agar tidak cepat membusuk atau jamur,” ucapnya.
Proses ke dua, yakni Full Wash, artinya biji kopi itu dilakukan pencucian atau direndam. Setidaknya butuh waktu 24 jam sampai 36 jam untuk proses ini dengan perggantian air setiap 8 jam.
“Dan proses Honey, di mana pada proses ini, daging buah yang tetap ditinggalkan pada biji kopi sebelum dijemur,” tambahnya.
Jika berkunjung ke lereng Gunung Merapi, anda dapat menemukan kedai kopi milik Kasno ini tepat dipinggir jalan. Walaupun kedai miliknya sederhana namun sering dikunjungi oleh wisatawan.
Aiz, salah satu lengunjung kedai Kasno, menuturkan jika kopi racikan Kasno, ini memiliki perbedaan dengan kopi pada umumnya. Menurutnya kopi Kartika, ini memiliki rasa gurih, pahit, dan sedikit rasa asam.
“Mungkin pengaruh tanahnya, di lereng gunung merapi ya, rasanya juga berbeda,” pungkasnya. (Bim/red).
Reporter : Bima Rahmat