PERGAULAN BEBAS DIKALANGAN REMAJA

Oleh: Siti Nuraisyah

suarabojonegoro.com – Pergaulan bebas di zaman sekarang sudah menjadi tradisi di kalangan remaja. Banyak remaja yang cenderung berpikir Belum Keren Kalau Belum Bebas. Pemikiran seperti ini harus dimusnahkan dari otak-otak remaja karena akan membawa remaja-remaja ke masa depan yang suram. Adapun kelompok pergaulan bebas yang terbentuk diluar kesadaran remaja yang ada di lingkungan sekitar seperti, kelompok pengkonsumsi minuman keras ( miras ), kelompok balapan liar, kelompok seksualitas, kelompok pengkonsumsi obat terlarang ( narkoba ) dan sebagainya.

Terbentuknya kelompok-kelompok demikian disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berpusat dari dalam diri remaja, misalnya adanya keinginan remaja  untuk terlihat keren dimata  teman-teman seusianya tetapi faktor ekonomi tidak mendukung, sehingga timbullah depresi. Faktor internal lainnya yaitu, tidak mencintai kekurangan dan kelebihan yang ada di dalam diri dan tidak menerima diri apa adanya. Selain itu, factor internal yang menjerumuskan remaja dalam pergaulan bebas yaitu tidak mampu mengendalikan diri terhadap godaan duniawi.

Faktor eksternal merupakan faktor yang berpusat dari luar diri remaja seperti faktor lingkungan masyarakat, keluarga dan teman sebaya. Keluarga sangat berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja. Keluarga merupakan penentu seorang remaja berperilaku baik atau buruk ketika berada di lingkungan masyarakat. Seorang remaja akan bertindak positif di luar rumah apabila keadaan atau situasi  dan didikan keluarganya mendukung. Begitu pula sebaliknya. Misalnya, seorang remaja terlahir dari keluarga yang harmonis dan didikan kedua orang tuanya baik dan tidak mengekang remaja tersebut, maka seorang remajapun beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Sebaliknya, apabila keluarga berantakan, orang tua selalu bertengkar di depan anak, sibuk dengan pekerjaan dan mengabaikan anak, maka seorang anakpun akan terbawa emosi, stress lalu mencari kebahagian di luar rumah. Seorang remaja membutuhkan kasih sayang, cinta dan perhatian dari orang tua. Hal-hal ini mungkin dianggap sepele tetapi dampaknya sangat besar bagi perkembangan seorang anak.

 Apabila hal demikian tidak diperoleh remaja di dalam keluarga maka timbulah hasrat dan keinginan dalam diri seorang remaja untuk memenuhinya dengan berlari menuju pergaulan bebas. Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekitar tempat tinggal juga merupakan salah satu faktor penentu dalam pertumbuhan seorang remaja. Lingkungan masyarakat yang bersahabat akan menggugah keinginan bergaul seorang remaja. Masyarakat yang ramah akan membangkitkan hasrat seorang remaja untuk berbaur. Ketika seorang remaja diasingkan oleh lingkunganya dan dijadikan buah bibir masyarakat perilakunya, secara tidak langsung lingkungan perlahan-lahan membawanya  masuk dalam pergaulan bebas. Seorang remaja adalah seorang yang sensitive. Hal-hal tersebut dapat mengganggu psikologinya yang menyebabkan seorang remaja tertekan dan pada akhirnya terlibat dalam pergaulan bebas.

Teman sebaya juga merupakan salah satu factor utama dalam pertumbuhan seorang remaja. Teman yang baik adalah teman yang tidak mencoba mempengaruhi seorang remaja untuk melakukan hal-hal negatif melainkan mengarahkannya ke hal-hal yang positif. Seorang remaja sangat mudah terpengaruh terutama bagi remaja-remaja yang tidak berpendirian dan mudah dibujuk.

Berdasarkan realitas yang ada, begitu banyak remaja saat ini yang terjerumus dalam pergaulan bebas baik yang kecanduan obat terlarang, mengkonsumsi minuman keras, keluyuran di tengah malam, melakukan hubungan seksual, berjudi dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh factor-faktor yang telah diulas sebelumnya. Pergaulan bebas inipun menimbulkan masalah-masalah yang harus dihadapi seorang remaja seperti putus sekolah, hamil diluar nikah, pernikahan usia dini, pengangguran, depresi, tekanan batin, melakukan tindakan criminal, melakukan pembunuhan bahkan bunuh diri akibat stress yang berkepanjangan.

Sebagai masyarakat yang baik, kita harus membantu para remaja untuk meminimal kasus-kasus yang disebabkan oleh pergaulan bebas. Salah satu solusinya yaitu membangun tempat rehabilitasi bagi remaja-remaja yang terlanjur kecanduan obat terlarang dan minuman keras. Selain itu, kita dapat melakukan sosialisasi mengenai resiko hamil usia muda dan pernikahan usia dini. Cara lain yang dapat disumbang masyarkat bagi para remaja yaitu membentuk organisasi-organisasi masyarakat yang dapat membentuk karakter seorang remaja menjadi lebih baik dan mengakhlakkan iman remaja kepada TYME serta melakukan patroli pada sata-saat tertentu bagi petugas keamanan ( polisi ).

Sebagai orang tua yang bertanggung jawab kepada anak, kita harus memberi perhatian khusus terhadap anak, berusaha ada ketika dibutuhkan, memberikan kasih sayang dan cinta kasih kepada anak dan membuat anak tenang dan aman. Orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak hanya mementingkan pekerjaan tetapi mencoba mengimbangi perhatian ke pekerjaan dan perhatian ke anak. Kita harus membangun sebuah keluarga yang harmonis. Dengan demikian, peluang seorang anak untuk bergaul dengan bebas sangat kecil.

Sebagai teman yang baik pula, kita harus mencintai sahabat  seperti kita mencintai diri sendiri. Sahabat yang baik adalah sahabat yang menghalang temannya untuk melakukan hal-hal buruk, mendengarkan ketika temannya berbagi cerita bukan mengabaikan, menasihati ketika teman keliru melangkah.

Hal-hal tersebut merupakan pendukung dalam pembentukan diri seorang remaja. Yang menjadi penentu pertama dan utama yaitu pribadi atau diri remaja itu sendiri. Sebagai seorang remaja yang baik, generasi penerus bangsa ini bangsa Indonesia, kita harus mampu mengenal diri kita sendiri, mencintai segala yang ada dalam diri kita, menerima segala yang telah dikaruniakan Tuhan, mampu mengendalikan emosi, hasrat dan keinginan kita, menyadari akan perbuatan kita, membangun relasi yang baik terhadap sesama manusia dan Tuhan dan mengutamakn tugas utama kita sebagai seorang pelajar yang bercita-cita. (*)

*) Penulis adalah Mahasiswi IKIP PGRI Bojonegoro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *