Oleh: Aning Wulandari*)
SuaraBojonegoro.com – Setiap tanggal 2 Mei, kita selalu memperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sebagai bentuk penghargaan kepada Ki Hajar Dewantara, pelopor Pendidikan di Indonesia dan pendiri Lembaga Pendidikan Taman Siswa.
Setiap tahun pula kita memperingati Hardiknas dengan melaksanakan upacara bendera di setiap Lembaga satuan Pendidikan dan kantor istansi pusat maupun daerah. Begitupun berbagai kegiatan lomba, seminar maupun pemberian penghargaan biasanya dilakukan oleh pihak-pihak terkait.
Namun, hal yang berbeda terjadi tahun ini. Tidak ada beraneka kegiatan lomba, seminar maupun kegiatan lain dalam rangka memperingati Hardiknas. Bahkan pada akhir April lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim, mengeluarkan Pedoman Peringatan Hardiknas Tahun 2020, yang diantara isinya adalah meniadakan penyelenggaraan upacara bendera di satuan Pendidikan maupun kantor instansi pusat maupun daerah. Upacara bendera diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) secara terpusat dan mengimbau instansi pusat, daerah serta satuan Pendidikan untuk mengikuti jalannya upacara bendera melalui siaran langsung di kanal Youtube Kemdikbud dan saluran TV Edukasi di rumah/tempat tinggal masing-masing.
Kondisi ini memang harus dimaklumi oleh semua pihak mengingat Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berjuang mengatasi pandemi virus corona atau Covid-19. Serangan pandemi corona berdampak luar biasa dalam berbagai sektor kehidupan, tidak terkecuali sektor Pendidikan. Dalam rangka pencegahan penyebaran virus corona, terhitung mulai pertengahan Maret lalu pemerintah telah menetapkan pembelajaran di rumah. Pembelajaran jarak jauh dilaksanakan secara daring, baik secara online melalui jaringan internet maupun melalui siaran TV Edukasi Kemdikbud.
Memaknai Hardiknas di tengah pandemi corona, kita perlu menghadirkan Pendidikan nan bersahaja. Dalam KBBI, bersahaja diartikan sebagai sederhana, tidak berlebih-lebihan. Bagimana mewujudkan Pendidikan yang bersahaja?
Sebelum diselenggarakannya pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui TV Edukasi, pemerintah menghimbau agar melaksanakan pembelajaran daring atau online melalui jaringan internet. PJJ secara daring merupakan pemecahan masalah Pendidikan selama pandemi corona, namun dengan menghadirkan masalah baru, diantaranya adalah:
(1) PJJ meningkatkan jumlah pengeluaran di tengah masa ekonomi yang sulit. Mengapa? Karena PJJ secara daring, menyebabkan orang tua harus menambah alokasi dana untuk pembelian kuota internet, bahkan ada yang harus membeli gadget baru karena selama ini anaknya belum punya gadget.
(2) PJJ mengganggu aktifitas orang tua, terutama bagi orang tua yang anaknya masih TK atau SD. PJJ tidak akan bermasalah bagi siswa SMP, SMA atau mahasiswa, karena mereka mampu belajar secara mandiri. Namun bagi siswa TK atau SD, pembelajaran secara online menuntut pendampingan penuh orang tua. Banyak orang tua yang harus merelakan menunda bekerja karena harus mendampingi anak belajar, banyak orang tua yang stress karena harus ikut belajar (membantu menyelesaikan tugas atau menjelaskan materi pelajaran kepada anak).
(3) Pelaksanaan PJJ tidak sejalan dengan program pemerintah untuk stay at home atau di rumah saja. Mengapa? Karena masih ada guru yang memberikan tugas kepada siswa membuat karya dengan alat dan bahan yang harus dibeli dari luar rumah.
Permasalahan-permasalahan di atas menjadikan Pendidikan terasa semakin membebani di tengah pandemi corona. Pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan yang menaungi sekolah atau Kementerian Agama yang menaungi madrasah, perlu segera merumuskan sebuah kebijakan agar dapat terwujud Pendidikan nan bersahaja, relevan dengan situasi dan kondisi negara, serta dapat dilaksanakan oleh semua siswa dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi orang tua yang berbeda.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan Pendidikan yang bersahaja, yaitu: (1) Pemerintah sebaiknya segera merumuskan kurikulum darurat yang dapat dilaksanakan oleh semua sekolah/madrasah dan semua siswa dengan latar belakang sosial ekonomi orang tua yang beragam.
(2) Guru sebaiknya mengubah arah pembelajaran dan penilaian hasil belajar, tidak melulu berorientasi pada pembelajaran dan penilaian kognitif/pengetahuan berupa angka saja, namun juga pembelajaran kecakapan hidup atau life skill sehingga siswa memiliki kemampuan bertahan dan mampu berkarya di tengah pandemi corona.
(3) Sekolah/madrasah perlu memberikan subsidi untuk pembelian kuota internet bagi siswa yang tidak mampu; dan
(4) kegiatan pembelajaran harus sejalan dengan himbauan pemerintah untuk stay at home atau di rumah saja, sehingga guru sebaiknya menghindari memberikan tugas yang mengharuskan siswa mencari alat, bahan maupun mengerjakannya di luar rumah, seperti membuat konten video yang harus diunggah di sosial media.
Apabila keempat hal tersebut di atas dapat segera dilaksanakan, maka pembelajaran jarak jauh akan berjalan lebih efektif, sederhana tanpa banyak tuntutan, dapat dilaksanakan di rumah saja dan mampu membekali peserta didik materi kecakapan hidup. PJJ dengan skenario pembelajaran yang lebih bersahaja akan membawa pergeseran mindset sebagian besar masyarakat bahwa Pendidikan hanya sebatas pada Pendidikan formal dan berorientasi pada nilai/angka yang tinggi saja. Pendidikan dapat dilaksanakan di rumah dengan sinergitas antara keluarga, sekolah dan pemerintah.
Di rumah, keluarga memegang peranan penting dalam Pendidikan karakter dan Pendidikan kehidupan. Demikian semoga bermanfaat. Selamat hari Pendidikan Nasional. Tetap semangat belajar di rumah saja. Semoga wabah corona segera berakhir.
*) Penulis adalah Pengawas Madrasah Aliyah Kementerian Agama Kab. Bojonegoro.