Oleh: Aning Wulandari, M.Pd.
SuaraBojonegoro.com – Tulisan ini masih melanjutkan opini saya terkait dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan Belajar Dari Rumah (BDR). Bahkan sampai tulisan ini dibuat, masih banyak keluhan terkait dengan pembelajaran jarak jauh, terutama pembelajaran daring/online. Keluhan terbanyak masih tentang besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelajaran online, smartphone yang hanya 1 padahal yang harus belajar online 2 atau 3 anak di dalam satu rumah, banyaknya tugas daring yang dibebankan guru kepada muridnya, dan sebagainya.
Saat ini, sudah bukan saatnya mengeluh atau menyalahkan siapapun terkait situasi dan kondisi ini, karena tidak seorang pun menginginkan kondisi ini. Hal penting yang perlu dilakukan adalah mencari solusi terbaik yang paling mungkin dilakukan oleh sekolah dalam rangka pelaksanaan pembelajaran jarak jauh agar pembelajaran tetap berlangsung tanpa memberatkan peserta didik maupun orang tua.
Merujuk pada Lampiran Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Coid-19, maka prinsip BDR adalah: (1) mengutamakan keselamatan dan kesehatan lahir batin peserta didik, (2) pembelajaran bermakna tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum, (3) fokus pada pendidikan kecakapan hidup, (4) materi pembelajaran bersifat inklusif, (5) (5) memperhatikan kesenjangan akses terhadap fasilitas BDR, (6) umpan balik bersifat kualitatif tanpa diharuskan memberi skor, dan (7) mengedepankan pola interaksi komunikasi positif antara guru dengan orang tua/wali. Hal ini menunjukkan bahwa BDR tidak harus dilakukan secara full daring jika akses terhadap belajar daring tidak dapat dipenuhi oleh semua peserta didik. Disinilah peran penting guru, agar bijak memilih strategi dan inovasi pembelajaran agar pembelajaran tetap berjalan menyenangkan dan tidak membuat stress peserta didik maupun orang tua.
BDR dilaksanakan dengan PJJ yang dibagi dengan dua pendekatan, yaitu daring dan luring. Sekolah dapat memilih menggunakan pendekatan daring saja, luring saja atau kombinasi dari keduanya. Kenyataan di lapangan, lebih banyak sekolah/madrasah yang memaksakan melaksanakan pembelajaran secara daring meskipun kenyataannya masih banyak keluhan dari orang tua/wali terkait dengan kendala pelaksanaan pembelajaran daring. Oleh karena itu, solusi yang paling mungkin pelaksanakaan BDR adalah PJJ dengan pendekatan DARLING, yaitu kombinasi antara pendekatan daring dan luring. Berikut paparan tentang pendekatan pembelajaran DARLING.
Pendekatan Daring
Proses pembelajaran daring terdiri dari 2, yaitu (1) tatap muka virtual melalui video conference, teleconference dan atau diskusi dalam grup di media sosial, yang mendukung adanya interaksi secara langsung antara guru dan peserta didik, contohnya tatap muka melalui zoom, google meet, Microsoft team, dan sebagainya; dan (2) Learning Management System (LMS), yaitu pembelajaran terintegrasi secara daring melalui aplikasi, contohnya: ruang guru, zenius, e-learning madrasah, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaannya, banyak kendala yang dihadapi oleh guru maupun peserta didik. Beberapa kendala tersebut diantaranya adalah: masih adanya guru yang kompetensi penguasaan teknologi komunikasi dan informasi masih rendah; tidak semua peserta didik dilengkapi dengan gadget atau smartphone, orang tua merasa keberatan dengan pembelian kuota internet; masih ada daerah atau wilayah yang belum terjangkau sinyal internet dan masih banyak lagi. Selain itu, masih banyak guru yang memaknai pembelajaran daring adalah pemberian tugas melalui grup whatsApp (WA) dan meminta peserta didik mengumpulkan tugasnya dengan cara mengirimkan tugas melalui WA maupun tulisan. Pemberian tugas melalui WA grup tanpa ada pendampingan dari guru mata pelajaran atau guru mapel inilah yang sering menyebabkan orang tua stress karena anak mengeluh tidak bisa mengerjakan lalu bertanya ke orang tua dan orang tua tidak bisa menjelaskan atau anak tidak memahami penjelasan orang tua.
Pendekatan Luring
Pembelajaran jarak jauh dengan pendekatan luring dapat dilaksanakan 3 cara, yaitu: (1) menggunakan media buku, modul dan bahan ajar dari lingkungan sekitar; (2) menggunakan media televisi; dan (3) menggunakan radio. Beberapa waktu lalu, sebelum tahun pelajaran baru, pemerintah menerapkan PJJ luring melalui media televisi. Belum dapat diketahui efektifitas pembelajaran melalui televisi.
Sedangkan pembelajaran melalui media radio justru lebih sulit untuk diterapkan karena sekarang ini jarang orang yang mendengarkan radio, bahkan jarang yang mempunyai radio. Anak jaman sekarang juga jarang yang mau mendengarkan radio. Kalaupun mereka akan mendengarkan radio, biasanya memasanng aplikasi radio di handphone-nya dan mendengarkan siaran radio melalui streaming.
Dengan demikian. Pendekatan luring yang paling mungkin dilakukan adalah menggunakan media buku, modul dan bahan ajar dari lingkungan sekitar. PPJJ secara luring memerlukan kreativitas guru dalam menyusun modul ataupun bahan ajar yang akan dikerjakan oleh peserta didik. Pun guru harus menjalin komunikasi efektif dengan orang tua/wali, karena pengiriman penugasan maupun pengumpulan tugas idealnya dilakukan oleh orang tua/wali secara terjadwal. Namun jika tidak memungkinkan, pengambilan dan pengumpulan penugasan dapat dilakukan oleh peserta didik, tentu saja tetap dengan menerapkan protokol kesehatan.
Meskipun pembelajaran dilaksanakan secara luring, namun guru harus menyediakan lembar aktifitas peserta didik sebagai bahan pemantauan belajar harian. Muatan penugasan adalah pendidikan kecakapan hidup dan dipastikan adanya konten rekreasional dan ajakan melakukan olahraga fisik dalam rangka menjaga kesehatan peserta didik. Hasil penugasan beserta lembar pemantauan dikumpulkan setiap akhir minggu sekaligus mengambil penugasan untuk minggu berikutnya.
Pendekatan DARLING
Berdasarkan situasi dan kondisi seperti yang sudah dikemukakan di atas, maka strategi pembelajaran yang paling tepat diterapkan di masa adaptasi kebiasaan baru, adalah pendekatan DARLING, yaitu kombinasi atau gabungan antara pendekatan daring dan luring. Mengapa pendekatan DARLING menjadi solusi tepat? Fakta menunjukkan bahwa tidak semua peserta didik dan orang tua terkendala masalah gadget dan kuota internet. Masih banyak peserta didik yang siap secara fasilitas sarana prasana dengan pembelajaran daring. Bagi peserta didik yang mengalami kendala terkait pembelajaran daring, maka guru dapat menggunakan pendekatan luring kepada peserta didik tersebut. Dengan demikian, PJJ secara DARLING dilaksanakan dengan melaksanakan pembelajaran daring dan luring secara bersama-sama. Dengan konten materi yang sama, guru harus kreatif menyiapkan materi pembelajaran atau bahan ajar untuk disampaikan secara daring dan luring.
Bagaimana teknis pelaksanaan pendekatan DARLING? Pertama, guru harus memetakan peserta didik, berapa persentase peserta didik yang sudah siap dengan pembelajaran daring, dan berapa persentase peserta didik yang belum siap dengan pembelajaran daring. Pemetaan dapat dilakukan dengan cara memberikan angket kepada peserta didik. Setelah dilakukan pemetaan, maka PJJ DARLING dapat diterapkan dengan harapan meminimalisir permasalahan yang mewarnai pelaksanaan BDR.
Pendekatan DARLING di atas merupakan salah satu opsi solusi yang dapat diterapkan di sekolah di masa AKB. Selebihnya, guru dan kepala sekolah-lah yang paling memahami metode pembelajaran model apa yang paling tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik. Apapun pilihan pendekatan pembelajaran yang dipilih guru, harapannya adalah tetap memprioritaskan kesehatan dan keselamatan peserta didik. Bagaimana menurut Anda?
*) Penulis adalah Pengawas MA Kementerian Agama Kab. Bojonegoro