Oleh: Sholikin Jamik
SuaraBojonegoro.com – Dulu ada kabar bahwa di Bojonegoro ada pemimpin yang cara memimpinnya penuh dengan kemarahan. Pemimpin yang suka marah-marah dapat merugikan rakyat dalam berbagai cara. Rakyat menjadi takut, tidak muncul kreatifitas karena di bungkap pikirannya. Sehingga selama 5 tahun kondisi nya hanya ketakutan . Dampak negatif yang timbul adalah
1. Kehilangan Kepercayaan: Perilaku marah dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin. Ketidakpastian dan ketakutan dapat muncul, membuat warga merasa tidak nyaman dalam berinteraksi dengan pemerintah.
2. Suasana Kerja yang Buruk: Apabila pemimpin sering menunjukkan kemarahan, ini bisa menciptakan lingkungan kerja yang tidak kondusif bagi bawahannya. Hal ini dapat menghambat produktivitas dan memicu stres di antara pegawai.
3. Pengambilan Keputusan yang Buruk: Ketidakmampuan untuk tetap tenang dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang impulsif dan tidak matang, dengan dampak negatif jangka panjang bagi masyarakat.
4. Pengabaian terhadap Aspirasi Rakyat: Pemimpin yang terbawa emosi cenderung lebih fokus pada masalah pribadi atau emosional daripada mendengarkan dan memahami masalah yang dihadapi masyarakat.
5. Polarisasi Sosial: Reaksi emosional yang berlebihan dapat menciptakan ketegangan dan perpecahan di antara kelompok masyarakat, memperkuat sikap permusuhan dan konflik.
6. Birokrasi yang Tersendat: Pegawai pemerintah mungkin takut untuk berinovasi atau menyampaikan ide-ide baru karena khawatir akan reaksi pemimpin. Hal ini bisa menghambat perkembangan dan kemajuan di berbagai sektor.
7. Kekerasan Verbal: Sikap marah terkadang disertai dengan kekerasan verbal, yang dapat mengurangi martabat individu di lingkungan kerja dan masyarakat.
8. Stigma Negatif terhadap Kepemimpinan: Pemimpin yang dikenal marah-marah dapat menciptakan citra yang negatif, yang dapat berdampak pada reputasi institusi atau daerah yang dipimpinnya.
9. Pengabaian Isu Penting: Kemarahan sering kali membuat pemimpin teralihkan dari isu-isu penting yang memerlukan perhatian dan penanganan serius.
10. Keterputusan dengan Rakyat: Rakyat mungkin enggan mengungkapkan masalah atau menyuarakan pendapat karena takut akan reaksi marah, sehingga suara mereka tidak terdengar.
Dalam konteks ini, penting bagi pemimpin untuk mengembangkan kemampuan mengelola emosi dan menciptakan komunikasi yang konstruktif agar dapat melayani rakyat dengan lebih baik. Dan dalam pilkada 27 Nopember mari rakyat bojonegoro memilih pemimpin yang Adem. Karena untuk jogo Bojonegoro butuh pemimpin yang adem. (**)