‘Pakurmatan Agung Sasi Suro Jimawal 1957’, Tujuh Gunungan Tumpah Ruah Di Desa Sambongrejo Gondang  Bojonegoro

SuaraBojonegoro.com – Tradisi Pakurmatan Agung Sasi Suro pada malam puncak peringatan bulan sakral Jum’at Legi (sasi suro) masih dipelihara oleh masyarakat Desa Sambongrejo setempat bersamaan dengan semangat HUT RI Ke-78 Kamis, (17/08/2023) kemarin.

Sore menjelang petang, pagelaran diawali dengan kirab budaya mulai dari pintu masuk gapura kebesaran hingga lapangan Desa. Atraksi reog dan jaranan kalap turut menghibur warga berduyun-duyun di sepanjang jalan. “Ini yang ke sembilan kalinya kami meneruskan tradisi “Pakurmatan Agung Sasi Suro” tutur Eko Prasetiono selaku Kepala Desa Sambongrejo.

Eko menyampaikan, kami turut berbangga pada malam puncak grebeg suro ini dihadiri oleh perwakilan dari Keraton Solo, dimana Keraton Solo sebagai ujung tombak kebudayaan yang ada di tanah jawa. Tentunya dirinya terus belajar dan petunjuk untuk melestarikan budaya warisan leluhur agar tetap lestari di Desa Sambongrejo.

Baca Juga:  Akibat Elpiji, Rumah Seorang Warga Gondang Ludes Terbakar

Eko menjelaskan, Pakurmatan Agung Sasi Suro sebanyak tujuh gunungan tumpeng memiliki makna dan nilai mendalam yang artinya pitulungan (pertolongan) terhadap warga Desanya, “Agar Desa kami selalu diberkahi gemah ripah lohjinawe. Gunungan Agung berbentuk kerucut bervariasi satu dengan yang lain, dan merupakan hasil pertanian Desa kami, mulai dari Bawang Merah, buah-buahan, sayuran, dan lain-lain,” tuturnya.

Para punggawa dayang-dayang cantik berbaris di depan mengiringi perjalanan gunungan tumpeng diarak dari kediaman pemimpin Desa menuju lapangan. Prosesi sakral diawali persembahan pusaka tombak Kyai Jangkung yang diserahkan Yarob Rekso Budoyo yang sekaligus sekdes Sambongrejo kepada Raden Tumenggung Eko Prasetiyono Rekso Budoyo (Kepala Desa Sambongrejo.red).

Baca Juga:  Dua Rumah Warga Gondang Terdampak Longsor Akibat Hujan Deras

Lemah gemulai penari Gambyong sebagai penyambut rombongan Kirab dan penari srampat menghipnotis warga memadati area lapangan. Hingga pada puncaknya usai odho-odho tembang pakidungan rumekso ing wengi dilanjutkan doa suci, sekaligus tujuh gunungan warga sambut dengan berebut tumpeng agung. (Red/Lis)