SUARABOJONEGORO.COM – Mengelola badan usaha seperti koperasi bukanlah hal mudah. Butuh manajemen yang baik dan ketangguhan agar koperasi dapat berkembang.
Hal itu seperti dialami Koperasi Wanita (Kopwan) Keluarga Sejahtera di Desa Klampok, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Koperasi ini sempat dililit banyak persoalan hingga menyebabkan jatuh bangun dalam perjalanannya.
Melalui tekad yang kuat, dan tujuan mulia untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil, Kopwan ini mampu bertahan hingga dua periode.
“Semasa kepemimpinan sebelumnya, banyak sekali masalah yang membelit koperasi ini,” kenang Ketua Kopwan Keluarga Sejahtera, Winarni, kepada Wartawan, Minggu (10/6/2018).
Setelah reorganisasi sekitar dua tahun lalu, Kopwan yang kepengurusannya didominasi kaum perempuan ini perlahan-lahan mulai berbenah. Mulai dari kedisiplinan anggota dalam membayar cicilan pinjaman, hingga tertib administrasi dalam keanggotaan.
“Koperasi ini belum ada usaha lain selain simpan pinjam,” jelasnya.
Modal awal yang diberikan Pemkab Bojonegoro sebesar Rp25 juta. Dari modal itu berhasil dikembangkan menjadi Rp45 juta yang berasal 75 anggotanya.
“Itu dari bunga pinjaman yang bunganya hanya sedikit, tidak ada 10 persen,” ungkap Winarni.
Selama ini hanya satu yang menjadi kendala, yakni kredit macet atau banyak yang tidak membayar pinjaman.
“Namun melalui pendekatan dan kesabaran, akhirnya pinjaman warga yang sempat macet mulai bisa terlunasi,” tegasnya.
Winarni mengaku, sejak menjabat tahun 2015 lalu, lembaganya belum mendapatkan pelatihan maupun pendampingan dari Pemkab setempat. Setiap ada permasalahan diselesaikan sendiri tanpa bantuan dinas terkait.
“Kami sangat berharap, Bupati terpilih mendatang bisa mengubah kondisi Kopwan di Bojonegoro. Baik memberi pendampingan, pelatihan, maupun suntikan modal,” pungkasnya.
Berbeda lagi dengan kondisi Kopwan di Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas. Menurut Kepala Desa setempat, Sudjono, Kopwan di wilayahnya sempat berjalan namun sekarang berhenti total. Tidak ada kepengurusan Kopwan yang aktif sejak tiga tahun terakhir.
Salah satu persoalan yang menjadikan Kopwan tersebut non aktif karena kredit macet. Sebagian besar ibu-ibu rumah tangga yang menjadi anggota menganggap pinjaman tersebut adalah hibah.
“Banyak anggota yang nggak mau bayar,” sambung Sudjono ketika dikonfirmasi terpisah.
Sejauh ini Pemdes Sambiroto tidak terlalu mencampuri urusan Kopwan. Sebab, tidak begitu memahami seluk beluk pengelolaan Kopwan, sejak berdiri hingga terpaksa ditutup seperti sekarang ini.
Sesuai data di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Bojonegoro, ada 480 Kopwan yang ada di Bojonegoro. Dari jumlah tersebut 80 persen masih aktif, dan sisa tidak aktif.
“Tapi kita akan melakukan pendataan ulang. Mana yang aktif, mana yang tidak,” ujar Kepala Dinas Koperasi dan UKM Bojonegoro, Elzadeba.
Selama ini, Kopwan di Bojonegoro masih berkecimpung di dunia usaha simpan pinjam. Belum ada usaha lainnya yang dijalankan karena terbentur modal.
Sedangkan permodalan diberikan oleh Pemerintah Pusat sebesar Rp25 juta setiap koperasi.
“Kalau pembinaan sudah kita lakukan, meskipun belum merata,” kata Elza.
Menurutnya, kendala terbesar dalam melakukan pengelolaan Kopwan selama ini adalah adanya kredit macet. Oleh sebab itu, pihaknya terus melakukan pengawasan dan pembinaan, agar dalam menjalankan usaha simpan pinjam bisa berjalan dengan baik dan tidak mengalami kerugian.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Calon Wakil Bupati (Cawabup) Bojonegoro, Mitroatin, menyatakan, kedepan akan memberikan usaha rumahan kepada ibu-ibu rumah tangga agar mereka mampu mengembangkan diri untuk menopang ekonomi keluarga. Tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai istri dan ibu rumah tangga.
“Kredit macet ini dikarenakan ibu-ibu yang menjadi anggota tidak memiliki usaha. Beda lagi kalau mereka memiliki usaha, uang hasil pinjaman itu bisa dikembangkan untuk usahanya dan membayar angsuran pinjaman,” jelas mantan Ketua DPRD Bojonegoro ini.
Sedangkan untuk koperasi yang ada di desa-desa, lanjut Mitroatin, telah menyiapkan program Koperasi Berdikari dengan meningkatkan kemampuan bisnis koperasi desa melalui pemberian penyertaan modal, dan pendampingan.
Mereka juga disiapkan bantuan marketing, dan pengembangan produk. Sehingga koperasi ini nantinya tidak hanya mengelola simpan pinjam, melainkan dapat mengembangkan ke sektor usaha UMKM.
“Kita akan fasilitasi permodalan bagi koperasi dan membantu pemasarannya. Karena dua hal inilah yang selama ini menjadi kendala yang dihadapi koperasi maupun UMKM di Bojonegoro,” tegas Kader NU yang berpasangan dengan Cabup Soehadi Moeljono dalam Pilkada Bojonegoro. (*/die)