Aliansi Peduli Lingkungan Hidup Bojonegoro Bersih-bersih Sungai Bengawan Solo di Momen World Clean Up Day 2023

oleh -
oleh

SuaraBojonegoro.com – Para pegiat lingkungan di Bojonegoro bersama-sama membersihkan sampah di bantaran sungai Bengawan Solo, Desa Kalirejo Kecamatan Bojonegoro (17/9). Giat ini dilakukan dalam rangka peringati World Clean Up Day (WCD) yang jatuh tiap 16 September.

Acara bebersih bantaran dilakukan sejak pagi hingga jelang siang itu, diikuti perwakilan dari berbagai pihak relawan. Di antaranya Sispala, Mapala, Pemdes Kalirejo, hingga perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro.

Sebanyak 25 karung sampah B3 dengan sebanyak 1.137 kg dan 24 karung sampah organik dengan mencapai hampir 1 ton diamankan dari lokasi bantaran. Ini bukti betapa warga Bojonegoro dalam membuang sampah di sungai masih amat produktif dan enerjik.

Untuk diketahui, peringatan WCD tahun ini dihelat dua hari. Pada Sabtu malam, diskusi terkait sesampahan di Balai Desa Kalirejo Bojonegoro. Sementara Minggu paginya, aksi nyata berupa giat bebersih memburu sampah di bantaran sungai.

Almaliki Ukay Sukaya Subqy, pegiat Aliansi Peduli Lingkungan Hidup Bojonegoro, dalam diskusi dihelat Sabtu malam di Balai Desa Kalirejo mengatakan, permasalahan sampah harus dibidik dari tiga perspektif sekaligus. Yakni: Edukasi, Government (regulasi), dan Bisnis. Menurut pria akrab disapa Malik itu, aspek edukasi menjadi penting untuk menumbuhkan kebiasaan memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik, dan kepeduliaan terhadap lingkungan.

“Aspek itu meliputi pendidikan bagi generasi penerus, penyadaran masyarakat, serta menciptakan inovasi teknologi daur ulang dan alternatif pengganti plastik”. Ungkap Malik.

Sementara perspektif Government, lanjut dia, meliputi peran Pemerintah dalam membuat regulasi yang tegas dan konsisten. Peran Pemerintah dalam membuat sistem pengelolaan sampah masyarakat. Dan komitmen Pemerintah dalam menciptakan lingkungan bersih serta penyediaan energi alternatif. Dalam hal ini, kata dia, Pemerintah bisa mencontoh Jerman dan Singapura.  Imbuhnya.

Sedangkan aspek bisnis, kata dia, berperan dalam menciptakan peluang-peluang usaha pengelolaan sampah. Baik sampah organik maupun sampah anorganik. Dia mencontohkan usaha-usaha rintisan berbasis sesampahan seperti Magalarva di Bogor atau Kepul id di Medan.

“Peluang usaha dari pengelolaan sampah harus didukung. Pemerintah harus memberi insentif lebih kepada para pengusaha ini. Karena mereka adalah bagian dari solusi yang seharusnya dilakukan Pemerintah”. Tukasnya.

Peran para pegiat lingkungan dalam aksi World Clean Up Day, kata Malik, harus fokus pada awareness dan edukasi. Sebab, terbatasnya waktu dan sumberdaya. Karena itu, para relawan harus membangkitkan inspirasi pada masyarakat luas. Malik juga menyinggung pemanfaatan media sosial harus dimaksimalkan guna memberi dampak yang lebih luas.

Senada dengan Malik, Frika Deddy Sofyan, Pengawas Lingkungan DLH Bojonegoro mengatakan, Pemerintah menyambut baik kerja sukarela para aktivis dan warga yang ikut bantu Pemerintah dalam membangun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kepedulian masyarakat terhadap masalah sampah.

“Kami sangat menyambut baik inisiatif komunitas dan masyarakat terkait penanganan sampah bantaran”. Ucap Frika.

Frika mengatakan, masalah sampah tak bisa ditangani satu pihak saja. Tapi butuh andil dari berbagai pihak. Khususnya masyarakat dan para aktivis yang peduli terhadap lingkungan. Aktivis bertugas membangun kesadaran. Masyarakat berhadapan langsung dengan lingkungan masing-masing. Sementara Pemerintah bertugas menyiapkan dan memudahkan regulasi terkait penanganan sampah.

Sedangkan koordinator World Clean Up Day Bojonegoro, Riya merasa puas dengan aksi ini. Selain mampu melibatkan warga, juga menunjukkan konsistensi para relawan dalam aksi nyata peduli sampah.

“Kita harus jaga konsistensi ini agar kelak mimpi kita bebas sampah akan terwujud,” pungkasnya. (Red/Lis)

No More Posts Available.

No more pages to load.