Tukang Rosok Ini Ternyata Sudah 12 Tahun Jadi Guru Honorer

oleh -
oleh

Reporter : Bima Rahmat

SuaraBojonegoro.com – Dua belas tahun mengabdikan diri menjadi guru tidak menjamin kehidupan yang layak buat Nursalim. Terlebih dimasa pandemi seperti ini yang mengharuskan dirinya memutar otak agar dapur tetap ngebul. Sabtu (17/06/21).

Dengan gajinya sebagai guru honorer yang hanya 600 ribu perbulan tidak mampu untuk memenuhi kehidupan istri dan satu anaknya. Bahkan dirinya mengaku jika untuk makan saja dirinya harus gali lobang tutup lobang.

“Sebelum Corona gaji saya 800 ribu, semenjak Corona dipotong jadi 600 ribu,” katanya.

Diparuh waktunya selesai mengajar yakni disiang hari Nursalim, juga bekerja sebagai juru sortir sampah dengan upah perhari 25 ribu. Sedang di sore harinya Nursalim mengajar mengaji di salah satu masjid di desanya. Untuk menjadi guru mengaji dirinya mengaku tidak mengharapkan imbalan atau upah, menjadi guru mengaji dilakukannya secara ikhlas sebagai ladang amal ibadahnya.

“Untuk guru ngaji saya ikhlas tidak mengharap imbalan,” ujarnya.

Pria lulusan STIT Muhammadiyah tahun 2017 ini mengaku jika jika gajinya sebagai guru honorer tidak cukup untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari namun dirinya mencoba untuk tetap bertahan. Jika dihitung gaji sebagai 600 ribu tersebut harus di sisihkan untuk membeli bensin motor bututnya yang di rata-rata 10 ribu perhari.

“Untuk makan sehari-hari kadang saya harus berhutang,” jelasnya.

Pria 48 tahun ini mengaku jika dimasa pandemi ini dirinya tidak pernah mendapat bantuan dari instansi manapun. Dirinya berharap dimasa sulit seperti ini ada pihak yang peduli kepada nasib para guru honorer sepertinya.

“Minimal ada perhatian lah buat kami guru honorer ini,” pungkasnya. (Bim/red).

No More Posts Available.

No more pages to load.