Reporter : Bima Rahmat
SuaraBojonegoro.com Musiran (71), merupakan salah satu saksi sejarah Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (PKI) atau yang lebih dikenal dengan (G30S/PKI). Sampai saat ini Musiran masih merasakan trauma jika menceritakan pengalamannya dimasa kelam tersebut. Minggu (28/08/22).
Pria asal Desa Menilo, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban ini menceritakan jika disaat G30S/PKI tersebut dirinya masih berusia 14 tahun. Musiran, menuturkan jika saat itu sulit membedakan antara orang PKI dan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
“Nggak tau persoalan apa. Pokoknya kalau ada PKI langsung ditangkap dieksekusi,” katanya.
Dengan berkaca-kaca kakek Yaang sekarang berprofesi sebagai petani ini menceritakan jika banyak dari warga ketakutan dan mengalami trauma dengan peristiwa mengerikan tersebut. Tidak menampik jika banyak juga yang menjadi korban lantaran dituduh PKI.
Jaman dulu siapa saja yang ikut kesenian Tayub dan kesenian Sandur sudah dianggap PKI dan dieksekusi oleh pasukan Ansor. Musiran pun nyaris menjadi korban lantaran ikut kesenian Sandur di Kabupaten Bojonegoro.
“Tetangga saya ada dua yang disembelih. Saya juga nyaris dieksekusi karena ikut Sandur,” ujarnya.
Adapun di jaman itu di Kabupaten Tuban, ada beberapa titik lokasi yang dijadikan tempat eksekusi orang-orang PKI diantaranya jembatan Kaliketek dan di Parengan. Para warga disaat itu sudah terbiasa melihat mayat-mayat orang bergelimpangan yang dianggap sebagai PKI.
“Kalau nyembelih orang-orang PKI biasanya pagi di jembatan Kaliketek dan di goa-goa di Kecamatan Parengan,” imbuhnya.
Dirinya berharap di kehidupan mendatang tragedi PKI tidak terulang dimasa yang akan datang. Diusianya yang mulai senja ini Musiran, ingin hidup tenang dan tragedi PKI tidak terulang kembali.
Diusia kemerdekaan Indonesia yang ke 77 tahun ini Musiran, berharap kehidupan rakyat Indonesia semakin sejahtera hidup berdampingan meski ada perbedaan.
“Jangan sampai tragedi PKI itu terulang kembali. Jangan sampai anak cucu saya mengalami hal yang serupa,” pungkasnya. (Bim/red).