MENGAPA RAKYAT MEMILIH WAHONO-NURUL

Oleh: Drs. H. Sholikin Jamik, S.H., M.H.

Ironi 3 APBD sangat tinggi, pertumbuan ekonomi sangat rendah (Sambungan ke 3)

SuaraBojonegoro.com – Hari Ahad tanggal 22 September 2024 mulai pukul 07.30-09.00 Wib., bertepat di aula Taqwa Lt 1 Jalan Teuku Umar 48 Bojonegoro,  markas gerakan satu komando Muhammadiyah Bojonegoro, mencetak sejarah untuk memulai perubahan Bojonegoro yang akan datang, kerena pada hari dan jam tersebut diadakan sarapan bareng dengan penuh egaliter yang jauh sikap dan mental feodal antara bapak Setyo Wahono calon bupati Bojonegoro yang didampingi Ibu Cantika Wahono dengan warga Muhammadiyah se kabupaten Bojonegoro. Dalam suasana santai dengan penuh keakarapan, mas wahono memaparkan visi dan missi serta programnya untuk menjadi pemimpin baru yang membuat Bojonegoro maju. Secara singkat akan kami tulis secara bersambung.

Baca Juga:  Peduli Korban Bencana Puting Beliung, Relawan WanNur Berikan Bantuan Sembako Warga Mojodelik

Bagian 3
Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan juga untuk membuka peluang kerja bagi masyarakat, maka dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi yang membuka peluang kerja serta peningkatan Pajak dan Retribusi Daerah, maka APBD akan lebih kokoh serta rakyat akan lebih sejahtera.

Namun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro dalam beberapa tahun terakhir ini sangat memprihatinkan. Pada tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro sebesar 2,47%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,05%, juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang sebesar 4,95%.

Di antara kabupaten dan kota di seluruh Provinsi Jawa Timur, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro adalah tiga terendah dari bawah. Dibandingkan dengan kabupaten sekitar, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro yang 2,47% tersebut lebih rendah dibandingkan Lamongan yang 4,28%, Tuban 4,36%, Nganjuk 5,40%, Ngawi 4,49%, Kabupaten Madiun 5,80, dan bahkan lebih rendah dibanding Kabupaten Blora yang 3,10%. ( bersambung)