Membangun Karakter Positif Anak Melalui Tarbiyah Ramadhan

Oleh: Mahmudati Ulfa, M.Pd

(Praktisi pendidikan, tinggal di Lamongan)

SuaraBojonegoro.com – Pyar…piring yang dibawa adik terjatuh dan pecah, spontan bunda meninggi suaranya sembari memarahi si adik “adek…. tadi kan sdh makan, skarang ibu dan ayah mau buka puasa…jangan ganggu dong, ayo pergi sana”

Ayah bunda tentu pernah atau bahkan sedang mendapati tingkah polah si kecil yg kita anggap “ngriwuki” ketika waktu sahur/ buka puasa tiba. tak jarang beberapa orang tua justru tersulut emosinya manakala menghadapi peristiwa demikian. wahai ayah bunda berhentilah melakukan hal demikian. krn hal ini dapat mempengaruhi benak si kecil bahwa buka puasa bukanlah hal yang menyenangkan, karena kehadirannya disana justru disambut amarah ayah bunda. parahnya lagi jika hal ini bisa menjadikan si kecil merasa benci dgn bulan ramadhan. naudzubillah

bulan ramadhan yang sejatinya adalah bulan penuh berkah, harusnya dinanti dan dirindu oleh siapa pun termasuk anak-anak kita. Berbagai keutamaan bulan ramadhan harusnya menjadi motivasi orang tua untuk memperkenalkan dan mengikut sertakan si kecil dalam berbagai ibadah di bulan ramadan.

Justru ramadhan adalah moment yang tepat untuk membangun karakter positif anak. Karena sejatinya syariat puasa diwajibkan oleh Allah swt adalah dalam rangka menempa diri menjadi pribadi yang bertaqwa. Taqwa bukanlah sesuatu yang otomatis bersifat turun temurun, manakalah orang tuanya bertaqwa maka otomatis anaknya juga bertaqwa, tidak! Taqwa adalah hasil dari proses tarbiyah yang terus menerus. sehingga jadikan ramadhan ini sebagai moment utk membina anak menjadi pribadi yang bertaqwa. Nah, apa saja karakter positif yang bisa kita tanamkan ke dalam diri anak melalui tarbiyah ramadhan? Berikut ini diantaranya :

Disiplin
Sikap disiplin merupakan salah satu kunci kesuksesan. Tanpa disiplin mustahil berbagai target dan tujuan dapat teraih. Lewat puasa seorang anak dapat berlatih disiplin. Makan sahur ada batas waktunya, jika melewati batas waktunya akan menjadikan puasa tidaklah sah. Berbuka pun ada waktunya. Jika sebelum waktunya sudah berbuka lebih dulu meski hanya sedetik sebelum bedug maghrib maka puasa pun jadi batal.

-Empati
Lapar dan dahaga yang dirasakan sepanjang hari oleh orang yang sedang berpuasa akan menumbuhkan rasa empati terhadap penderitaan orang-orang yang mengalami kelaparan. Karena mereka tidak hanya menyaksikan penderitaan orang yang sedang kelaparan tapi mereka merasakan sendiri rasa lapar itu. Sehingga empati yang demikian akan berbuah kepedulian terhadap penderitaan orang lain.

Baca Juga:  Pancasila sebagai pedoman anti-Radikalisme

-Peduli
Ketika telah ada sikap empati dalam diri anak terhadap penderitaan orang lain, maka akan mudah menumbuhkan sikap peduli pada diri anak. Apa lagi di bulan ramadhan ada kewajiban membayar zakat fitrah. Selain itu Allah swt menjanjikan pahala seperti orang berpuasa mana kala seseorang yang memberikan buka puasa kepada orang lain. Tentunya jika hal ini kita sampaikan kepada anak-anak maka akan mendorong mereka termotivasi untuk berbagi dan peduli terhadap orang lain.

-Sabar
Berpuasa tidak hanya harus sabar menahan lapar hingga waktu berbuka tiba, tapi juga harus sabar menahan diri dari berbagai perbuatan dosa yang diharamkan oleh Allah swt. Sabar tidak menggunjing orang lain, sabar tidak berkata-kata buruk, sabar untuk tidak marah-marah sekalipun ada gangguan dari orang lain yang dapat menyulut amarah.

-Taqwa
Mulia tidaknya seseorang di hadapan Allah swt ditentukan seberapa besar tingkat ketaqwaannya. Bukan kecantikan, ketampanan, kekayaan, ataupun tingginya jabatan. Taqwa sejatinya adalah rasa takut hanya kepada Allah swt yang berbuah ketaatan. Taat melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Melalui puasa seorang anak akan dilatih untuk taat kepada Allah swt, baik dalam keadaan ramai maupun sembunyi-sembunyi. Ketika sedang berpuasa bisa saja seorang anak minum secara diam-diam sewaktu tidak ada orang, bisa juga ketika sedang berkumur sewaktu wudhu lalu menelan sedikit airnya. Namun ketika anak kita tidak melakukan semua itu karena ingin puasanya diterima oleh Allah swt. Maka insyaAllah telah tercermin sikap taqwa dalam diri anak kita.

Begitu banyak karakter positif anak yang bisa kita bangun melalui tarbiyah ramadhan. Oleh karena itu sertakan anak-anak kita dalam setiap ibadah ramadhan. Mulai dari sahur, puasa, berbuka, sholat berjamaah di masjid, tarawih, membayar zakat fitrah, tadarus qur’an, I’tikaf, dll. Berikan penjelasan kepada mereka tentang pentingnya puasa dan hikmahnya.

Buatlah agenda bersama anak-anak dalam mengisi ramadhan, semisal sahur dan buka bersama, sediakan makan sahur/buka dengan menu favorit mereka agar mereka lebih semangat menjalani puasa. Adakan tausiyah harian di waktu berkumpulnya semua anggota keluarga, semisal 10 menit jelang berbuka. Sesekali buatkan anak acara buka puasa bersama teman-temanya. Berilah reward untuk anak-anak jika tuntas berpuasa sebulan penuh (ini bagi anak-anak yang memang sudah mampu puasa penuh, biasanya usia 9 tahun ke atas). Namun jika untuk anak-anak usia dini yang belum mampu berpuasa penuh ajak mereka belajar berpuasa sesuai kemampuannya. Membuat papan reward bagi anak-anak usia dini atau buku laporan ibadah untuk anak usia SD/ menjelang baligh merupakan hal yang perlu dilakukan agar mudah untuk mengevaluasi dan memantau kegiatan ramadhan anak. Namun perlu disampaikan kepada anak-anak, jangan menjadikan hadiah sebagai pendorong mereka berbuat baik. Tetap jadikan keikhlasan semata-mata karena Allah swt sebagai landasan ketika beramal. Karena hadiah yang dijanjikan oleh Allah swt jauh lebih besar dari apa yang diberikan ayah/ibu yaitu surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Insyaallah dengan mengajak anak-anak kita baik yang masih usia dini ataupun yang sudah mendekati baligh untuk ikut serta dalam berbagai ibadah di bulan ramadhan maka insyaallah ketika mereka telah memasuki usia baligh mereka akan merasa ringan, siap dan mudah melakukannya.

Baca Juga:  Budaya Mahal Korupsi

Sungguh tidak ada kebahagiaan yang hakiki bagi orang tua selain memiliki anak yang sholih sholiha, karena anak-anak yg sholih sholiha akan senantiasa mengalirkan pahala jariyah yang tak akan pernah terputus sekalipun kedua orang tuanya telah tiada. satu hal lagi yang tdk boleh dilupakan kaum muslimin adalah jangan berhenti hanya mewujudkan keshalehan individu anak, mari kita wujudkan pula keshalihan dalam tataran yang lebih luas. yaitu keshalihan masyarakat dan negara. karena jika hanya individu anak kita saja yang sholeh sementara sistem yang ada di tengah-tengah masyarakat jauh dari suasana keshalihan, semisal pornografi, pornoaksi masih marak, LGBT bebas dipromosikan, maka karakter positif yang kita tanamkan kedalam diri anak, tidak menutup kemungkinan akan tergerus. oleh karenanya mari kita wujudkan keshalihan dalam tataran yang lebih luas yakni dalam bermasyarakat dan bernegara. dan smua itu akan terwujud manakali seluruh sistem islam diterapkan di tengah-tengah kehidupan secara kaffah. Inilah wujud dari taqwa yang sesungguhnya. yakni taat terhadap seluruh perintah Allah swt tanpa memilih dan memilah. jika ketaqwaan dalam tataran individu akan membuahkan pribadi yg baik, maka insyaAlloh ketaqwaan dalam tataran negara dengan menerapkan seluruh syariat Allah swt pasti juga akan mewujudkan negara yg baik, yg sejahtera, baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. (**)