Reporter : Sasmito
SuaraBojonegoro.com, Tuban – Gadis cantik ini terpaksa harus makan terasi yang diperintahkan oleh atasannya dengan alasan tak dapat memenuhi target penjualan sebuah produk Telephon seluler di Kabupaten Tuban. Akibat perbuatan yang diduga tak manusiawi tersebut, Si Gadis harus melapor ke Polisi.
Gadis bernama Gemilang Indra Yuliarti (24), warga Kelurahan Perbon, Kecamatan Tuban terpaksa harus melapor kejadian yang dialami karena harus diperlakukan tak manusiawi oleh atasannya, Gadis yang bekerja sebagai sales oppo dibawah naungan PT World Inovatif Telecommunications, diperbantukan di outlet Gory cell di jalan Basuki Rahmat Tuban ini diduga harus dipaksa makan terasi mentah oelh atasannya.
“Saya telah mengadu ke Polres Tuban,” ungkap Gemilang Indra Yuliarti ketika ditemui di rumahnya, (27/2/2019).
Dari pengakuan Gemilang, dirinya mengaku kerap mendapat hukuman yang dianggapnya tidak patut, apabila target penjualan handpone Oppo di wilayah Tuban tidak tercapai, di antaranya dihukum seperti disuruh makan garam, terasi, lari keliling alun-alun, push up, dan skotjam yang secara tidak wajar. Termasuk hukuman makan terasi harus direkam, dan di share di grup teman kerja.
“Dihukum lari memutar Alun-alun, Push up, skotjam juga. Bahkan teman saya pernah disuruh makan garam dan terasi juga,” ungkap Gemilang.
Ia menceritakan pertama kali gabung di Oppo sejak Oktober 2016 silam. Saat baru masuk dia mendapat surat pernyataan tentang adanya reward (penghargaan) bagi karyawan yang berprestasi, dan juga punishment (hukuman) bagi yang tidak target.
Ia pun pernah kena hukuman dengan disuruh push up dan skotjam sebanyak 10 kali, lalu nulis 100-200 kali. Hal itu dianggap masih wajar.
Tak lama itu, Supervisor (SPV) diganti Wahyu Widodo dan mulai ada hukuman yang dirasa tidak wajar jika target dalam penjualan tak terpenuhi. Seperti diberlakukan hukuman lari memutari Alun-alun.
Bahkan kalau tidak target triwulan disuruh lari mulai jalan Basuki Rahmad sampai kedai mamahku, jalan Ledta Sucipto Tuban.
“Itu dilakukan malam hari,” jelasnya.
Lalu pergantian SPV baru tidak ada punishment. Tetapi yang menghukum diserahkan kepada trainer area di tempat kerja masing-masing.
“Punishment macam-macam tapi tidak sekejam dulu, misal dandan tidak wajar cowok pakai kerudung, pakai lipstik terus ngomong apa di lampu merah gitu,” bebernya.
Kembali ada pergantian SPV, dan menerapkan kembali Punishment berat. Di antaranya lari 3 km, keliling alun-alun beberapa kali.
“Kami juga disuruh makan jeruk nipis, mengemut terasi, lalu juga makan garam satu sendok,” cerita gadis itu.
Menanggapi hal itu, Supervisor OPPO Tuban Dwi Prawoto Edy saat dikonfirmasi enggan berkomentar banyak terkait adanya salah satu karyawan yang melaporkan kepada pihak kepolisian. Ia menyarankan untuk komunikasi ke HRD Oppo Bojonegoro.
“Langsung ke HRD saya, HRD Oppo Bojonegoro,” kata Dwi Prawoto Edy ketika dikonfirmasi lewat ponsel.
HRD Oppo Bojonegoro Mukit, ketika dikonfirmasi terkait hukuman yang berlebihan terhadap sales Tuban yang tak memenuhi target. Ia mengaku bahwa semua itu nanti yang menjawab dari pimpinan pusat.
“Nanti semua yang menjawab langsung dari pusat, karena bukan wewenang saya,” kata Mukit.
Sementara itu, Kasatrim Polres Tuban, AKP Mustijat Priyambodo, mengaku masih melakukan pendalaman terkait kasus tersebut karena masih bersifat pengaduan. Termasuk korban juga sudah dimintai keterangan terkait apa yang dialami.
“Masih kita kaji untuk dikembangkan,” pungkasnya. (Sas/Man)