Reporter : Sasmito Anggoro
SuaraBojonegoro.com – Rencana Pemerintah Pusat yang akan membangun bendungan Karangnongko di Desa Ngelo, Kecamatan, Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, yang akan menggunakan lahan milik warga yang ditempati sekitar 180 kepala Keluarga menyimpan kekhawatiran dan kecemasan bagi masyarakat, baik soal tanah mereka dan kehidupan mereka kedepannya.
Mereka juga datang ke Pemkab Bojonegoro dan bertemu Bupati Bojonegoro Anna Muawanah untuk mendapatkan kejelasan apakah mereka akan direlokasi atau mendapatkan ganti untung atas pembangunan bendungan Karangnongko yang melibatkan tanah tanah mereka.
Warga yang datang ke Pemkab Bojonegoro ini sempat mengaku kecewa atas sikap dan argumen dari Bupati Bojonegoro, mereka datang dengan maksud mendapatkan kejelasan dan pencerahan dari Bupati, namun mendapatkan perlakuan yang mereka anggap menimbulkan kekecewaan dihari mereka.
Seorang warga Ngelo bernama Ani menyatakan bahwa dirinya kecewa dengan pernyataan dan sikap yang disampaikan Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah, “kami kecewa dengan sikap Bupati, kami hanya ingin mendapatkan pencerahan dan solusi,” katanya Kamis (18/5/2023).
Dia juga menyampaikan bahwa warga ini menuntut akan adanya lahan pengganti di hutan desa Ngelo juga belum ada jawaban. Meskipun kemarin ( Rabu, 17/05/2023 ), dalam pertemuannya dengan warga desa Ngelo, bupati mengatakan tidak ingin warga Ngelo bedol desa. “Tapi dimana kejelasan kita mau di letakan, juga tidak ada, dan bupati tetap meminta bahwa ngelo harus diukur,” katanya.
Akibat Kemarahan, kekecewaan dan kekesalan warga desa Ngelo ini akhirnya diungkapkan dengan mencabuti patok pembatas tanah pekarangan warga terdampak proyek bendungan, dan kemudian dengan menggunakan Truck patok itu dikembalikan ke dinas pengairan dan sumber daya air, dan juga seratus patok lainnya dikirimkan di gedung perwakilan rakyat Bojonegoro.
“Ini kami lakukan karena kami kecewa atas sikap pemerintah Bojonegoro dan kami juga minta anggota dewan tidak diam,” Kata salah satu warga bernama Widodo saat pengembalian patok pembatas tanah.
Mereka tetap sama juga menyatakan dengan adanya pembangunan bendungan Karangnongko ini menanyakan bagaimana nasib mereka kedepannya, karena dalam pertemuan dengan Bupati dianggap tidak ada titik temu.
Lebih lanjut dijelaskan Widodo, sejak informasi pembangunan proyek bendungan Karangnongko akan direalisasikan, selama ini belum kesepakatan dari warga. Apakah tanah warga terdampak dibeli, atau mereka direlokasikan. Semuanya belum ada kejelasan.
Sehingga mereka juga kaget bercampur cemas ketika tanga mereka tiba tiba akan diukur, “kita tidak menjual tanah kog mau diukur, kita hanya minta kejelasan nasib kami bukan menolak pembangunan,” Pungkas Widodo.
Bendungan Karangnongko rencananya dibangun di perbatasan Kabupaten Blora, Jaea Tengah dengan Kabupaten Bojonegoro. Tepatnya di selatan Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, yang berbatasan dengan Desa Ngelo, Kecamatan Margomulyo.
Bendung Karangnongko telah ditetap sebagai proyek strategis nasional (PSN). Diprediksi dapat menampung sebanyak 59,1 juta meter kubik air, dengan luasan genangan 1026,5 Ha.
Kepala BBWS Bengawan Solo, Maryadi Utama, menyampaikan bahwa anggaran pembangunan konstruksi Bendungan Karangnongko sebesar Rp1,5 triliun. (SAS/Red)