SUARABOJONEGORO.COM – Program percepatan pembangunan industri jasa dan manufaktur untuk mengangkat nilai ekonomi komoditas pertanian, perikanan dan perkebunan yang digagas calon bupati (Cabup) dan wakil bupati (Cawabup) Bojonegoro, Soehadi Moeljono dan Mitroatin, mendapat dukungan dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Lembaga pengawas dan mitra pemerintah desa ini menilai, industri itu akan mampu meningkatkan kesejahteraan, dan membuka usaha dan lapangan pekerjaan baru bagi warga.
BACA JUGA : Kaum Perempuan Dukung Ada Industri Pengolahan
“Itu akan mempercepat pengurangan kemiskinan dan pengangguran,” kata Ketua BPD Kabunan, Kecamatan Balen, Muthohar, kepada wartawan, Sabtu (26/4/2018).
Selama ini di desanya belum ada pemuda yang mau turun langsung ke sawah untuk bertani. Baik pemilik sawah, maupun buruh tani.
“Di sini yang tani semuanya tua-tua,” ucapnya.
Rendahnya minat pemuda untuk menjadi petani ini dikarenakan banyak faktor. Di antaranya masih menganggap pekerjaan bertani sangat melelahkan, dan tidak memberikan jaminan hidup.
“Sekarang ini anak-anak muda inginnya gaji besar, kalau bertani kan tidak bisa seperti itu,” tukasnya.
Jika dibangun pabrik pengolahan hasil pertanian, Muthohar, memprediksi bisa menarik minat para pemuda tersebut untuk mau bekerja, dan mengembangkan industri pengolahan di desanya.
BACA JUGA : Kalangan Pelajar Dukung Industri Pengelolahan
Diungkapan, di Kabunan pernah akan dibangun pabrik pengolahan hasil pertanian oleh pihak swasta, namun karena kurangnya persiapan dan minimnya sumber daya manusia akhirnya pabrik tersebut gagal berdiri.
“Itu bisa dijadikan pengalaman, jika kedepan Pemkab akan membangun kembali,” pesannya.
Dia berharap, Pemkab benar-benar menyiapkan segala sesuatunya jika ingin membangun pabrik pengolahan hasil panen di Desa Kabunan. Selain bahan baku yang harus tersedia, juga sumber daya manusianya harus mumpuni.
“Di sini sudah ada singkong dan padi, pemerintah harus menjamin ketersediaan bahan baku. Agar petani tidak hanya pasrah pada tengkulak,” pungkasya.
Sementara Budiono, anggota BPD Bangkalan, Kecamatan Kapas, mengaku, belum ada pabrik pengolahan hasil pertanian di wilayahnya. Ketika panen tiba, para petani banyak yang menjualnya ke tengkulak.
“Belum ada yang diolah jadi tepung atau lainnya disini,” sambungnya dikonfirmasi terpisah.
Menurutnya, minimnya minat pemuda di Desa Bangkalan untuk jadi petani bisa dialihkan pada keberadaan pabrik pengolahan hasil pertanian. Sebagian lebih memilih tidak bekerja jika harus turun ke sawah.
“Paling tidak, kalau ada pabrik berskala besar, para pemuda tidak akan malu dan mendapatkan penghasilan yang pasti daripada bertani,” tandasnya.
BACA JUGA : Industri Manufaktur Hilangkan Pengangguran
Pihaknya berharap, Pemkab menyiapkan tenaga terampil untuk menyongsong keberadaan industri manufaktur di sektor pertanian. Selain bisa merekrut tenaga kerja, juga membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar.
“Kalau bisa dikasih pelatihan terlebih dahulu,” pungkasnya.
Dimintai tanggapannya, salah satu Cabup Bojonegoro, Soehadi Moeljono, menyatakan, percepatan pembangunan industri jasa dan manufaktur kedepan akan memaksimalkan potensi yang dimiliki salah satunya pertanian.
Untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan mengangkat nilai ekonomi komoditas pertanian, dan sekaligus membuka lapangan pekerjaan.
“Kedepan jika industri berdiri kami yakin akan mempercepat mengurangi kemiskinan dan pengangguran,” tegas Cabup yang berpasangan dengan Kader NU ini. (*/lis)