Reporter: Putut Sugiharto
SuaraBojonegoro.com – Banyaknya pemudik lebaran Idul Fitri melalui pintu terminal Rajekwesi Bojonegoro dengan menggunakan armada bus diharapkan bisa menjadi berkah tersendiri bagi para penyedia jasa ojek yang mangkal di Terminal Rajekwesi Bojonegoro.
Akan tetapi tidak demikian dengan kondisi saat ini, yang masih dalam kondisi Pandemi Covid 19, seperti halnya dua tahun lebaran waktu lalu, para pemudik juga tidak bisa pulang kampung untuk berlebaran, para penyedia jasa ojek juga masih mengalami kesulitan penumpang, meskipun ribuan pemudik yang turun dari Bus.
Diharapkan pada menjelang lebaran Idul Fitri 2022 tahun ini, kembalinya para pemudik ini menjadi berkah bagi banyak orang. Terlebih bagi pelaku usaha di terminal, seperti pedagang dan jasa sewa mobil. Para pelaku usaha itu seakan ketiban rezeki dari langit.
Sayangnya, nasib baik itu tidak dirasakan para pelaku usaha lain di Terminal Rajekwesi, yaitu penyedia jasa ojek motor. Mereka mengeluhkan penumpang yang sama sekali tidak melirik jasa ojek motor, padahal mereka sudah berusaha menawarkan jasa kepada setiap pemudik yang turun dari bus.
Penyedia jasa ojek motor, Priyanto, 45, Pria yang bekerja sebagai tukang ojek di pangkalan terminal Rajekwesi mengatakan belum memperoleh penumpang satu pun sampai siang ini sekitar pukul 12.30 WIB ini Padahal ia sudah berusaha mencari penumpang sejak pagi hari. Namun hasilnya nihil. Jum’at (29/4/2022).
“Ramai banget suasananya dan juga yang turun bus. Tapi tidak ada yang mau naik ojek. Kita penyedia jasa ojek motor cuma dapat keringat. Duitnya enggak ada. Susah mas,” kata Priyanto saat ditemui suarabojonegoro.com selepas dia menawarkan jasa kepada pemudik yang baru saja tiba di terminal Rajekwesi.
Menurutnya momen Lebaran seperti ini justru menyusahkan para penyedia jasa ojek terminal. Sebab, mereka pasti kalah dengan ojek online, meski posisi ojek online ada di luar terminal dan para keluarga yang menjemput.
Akibatnya, ia dan penyedia jasa ojek motor lainnya menjadi terlunta-lunta. Hampir sama sekali tidak dapat penumpang. Kalau pun ada, hanya satu atau dua penumpang. Itu pun usahanya luar biasa hebat. Harus super kerj keras.
Priyanto mengaku sudah menjadi penyedia jasa ojek motor sejak 2001 lalu, “Dulu, penumpang yang nyari tukang ojek. Sekarang sebaliknya, tukang ojek yang nyari penumpang,” ucapnya.
Saat ini dia tidak bisa mengandalkan ojek sebagai penghasilan utama. Menurutnya, uang dari hasil ojek di terminal tidak akan cukup digunakan memenuhi kebutuhan hidup. Meski hal itu sekadar kebutuhan makan sehari-hari. Padahal dia harus menghidupi istri dan anaknya.
Tukang ojek lainnya Sukadi juga menjelaskan, bahwa Lebaran seharusnya punya uang. Tapi sebagai penyedia jasa ojek, itu susah tercapai. “Yang ada malah minus,” katanya.
Lebih Parah lagi teman Priyanto yang juga penyedia jasa ojek motor bernama Yanto, nasibnya lebih parah dari Priyanto. Ia mengaku sudah sejak pagi belum medapatkan penumpang satu pun. Usahanya menawarkan jasa kepada para pemudik selalu berbuah pahit.
“Susahnya minta ampun. Dari pagi, satu pun tidak ada yang nyanthol. Belum narik sama sekali. Mereka para pemudik sudah banyak yang dijemput sama keluarganya,” tutur Yanto. (Put/sas)