Oleh : M Hestu Widiyastana
Beli jajan merupakan hal yang paling disukai oleh anak-anak, apalagi anak sekolah, bahakan tidak akan berangkat sekolah kalau tidak diberi uang jajan, penulis pun termasuk bagian dari kaum ini.
Sambil minum kopi pagi, saya akan sedikit menceritakan masa sekolah dan jajanan saya. Ketika awal menjadi siswa Madrasah Tsanawiyah Aliyah Islam (MTs AI) Attanwir Talun Sumberrrejo Bojonegoro sekitar 10 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2008. Saya baru menjumpai jajan yang bagi saya sangat aneh dan unik. Sebab, untuk memakannya butuh niat yang kuat.
Jajan ini sejenis ‘Pentol’ namun memiliki keunikan tersendiri dari pada pentol pada umumnya, pentol tau kan pentol? Ya, pentol merupakan jajanan yang tidak asing bagi kita. Berbagai kalangan pun suka memakannya, mulai dari anak-anak hingga orang-orang dewasa. Untuk mendapatkan pentol pun tidak susah. Sebab banyak orang berdagang pentol. Rata-rata berkeliling menyusuri desa-desa, tempat-tempat wisata, dan sekolahan.
Selain haraganya murah, memakan pentol pun tidak ada puasnya bagi sebagian orang. Teksturnya yang empuk membuat semua orang bisa memakannya. Namun, pernahkah anda menjumpai jajanan sejenis pentol tetapi tidak seperti pentol pada umumnya? Di Bojonegoro, saya yakin tidak ada yang menjualnya selain di satu tempat tersebut. Dan saya yakin jika anda pernah memakannya sekali saja, pasti akan ketagihan.
Jajanan ini begitu unik, seperti barang langka yang tidak dijual ditempat umum. Adanya hanya dilingkungan Sekolahan Attanwir. Sejenis pentol tetapi teksturnya sangat keras. Ada levelnya, level 1 alot (Ulhet) dan level 2 keras (Athos). Kerena bentunkya bulat seperti pentol dan teksturnya keras, sebagian teman saya menyebutnya ‘Pentol Atos’.
Meski demikian, rasanya tidak kalah dengan jajan lain. Selalu habis diburu oleh anak-anak sekolah, ada juga yang menmakan jajan P3 K (Pentol Pak Pan Klotak). Karena saking kerasnya. Oh iya, Pak Pan itu penjualnya. Orangnya sudah tua sudah jadi kakek-kakek saat saya masih kelas 1 MTs dan beliau sekalarang sudah meninggal.
Meskipun Pak Pan sudah meninggal, jajan P3K ini sampai sekarang masih ada dan menjadi jajan legendaris bagi orang yang pernah nyantri atau sekolah di Attanwir. Kini, istri Pak Pan lah yang melanjutkan berdagang jajan tersebut. Jajan P3K yang rasa dan khasnya melegendaris itu, sebetulnya menyimpan sebuah filosofi yang mendalam. Syarat akan pesan kepada siswa-siswi Attanwir bahkan pada siapapun yang pernah memakannya.
Bagi pemebaca yang pernah sekolah di MTs Attanwir, masih ingat kan dengan satu pelajaran hafalan Mahfudhot? Tentu ingat, kalimat pertama yang disamapaikan.
Jajan P3K ini merupakan representasi dari kalimat pertama dalam pelajaran Mahfudot, bahkan bisa juga sampai pada kalimat yang ke empat. Kalimat sakral yang menjadi jimat dalam mengarungi kehidupan ini. ‘Man Jadda Wa Jada’ yang artinya “Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapat”.
Kandungan isi pesan yang disampaiakan jajan P3K ini sangat mendalam bagi siswa-siswi Attanwir, ditengah susahnya mengarungi hidup ini, kita harus menjadi siswa-siswi yang sungguh-sungguh dalam belajar. Mengafal, menjadi makanan sehari-hari kita disekolah. Kalau kita sungguh-sungguh, Insya Allah akan mendapat keberhasilan sebagaimana memakan jajan P3K ini.
Meskipun sangat alot atau keras dan membutuhkan niat yang kuat untuk memakannya, pada akhirnya akan mendapatkan rasa yang nikmat. Selain itu, kita juga harus bersabar ketika memakan. Begitupun ketika kita sekolah, mencari ilmu sesusah apapun harus tetap sabar dan sungguh-sungguh juga dalam kehidupan. (yud)